Jangan Membandingkan Ibu




Biasanya orang tua suka membanding-bandingkan satu anak dengan anak lainnya. Prestasi kakak dengan adiknya. Kepatuhan kakak dengan adiknya. Kebaikan kakak dengan adiknya. Dan banyak lagi macam perbandingan yang mungkin tanpa kita sadari telah melukai hati anak-anak. Namun bagaimana kalau si anak justru yang membandingkan orang tuanya?


Permasalahan ini dimulai dengan kata-kata si anak tengah, “Ibu kok nggak seperti mamanya temanku ya?”

“Memangnya kenapa?”

“Mamanya temanku kan bisa ini itu. Sementara ibu nggak sekuat itu. Mama temanku cantik-cantik kalau sudah pakai make up. Sementara ibu, pakai make up apa saja tetap nggak berubah.”

Kalau ada anak yang ngomong seperti ini gemes nggak sih? Memangnya anak saya tahu keseharian mama temannya sehingga merasa lebih keren daripada saya? Atau anak saya lebih tahu seberapa kuat mama temannya mengangkat galon?

Langsung saja tanduk saja keluar, menyeringai menatap wajah anak saya. Bukannya berterima kasih sudah bersama saya eh kok malah saya dikomplain, ibu loh tidak bisa begini, tidak bisa begitu.

Jadi sebenarnya kalau orang tua pernah merasakan anak saya kok biasa saja, mungkin mirip juga dengan si anak. Dia juga bisa membandingkan orang tua teman-temannya dan orang tuanya sendiri. Karena si anak lebih tahu keseharian saya maka mana yang seharusnya dimaklumni eh jadinya menjadi kekurangan yang terlihat nyata. Kekurangan menjadi bahan pembicaraan yang menyebalkan.

Jujur saja, saya gemes maksimal. Tapi ngomong sama anak tidak boleh asal ngomong. Boleh saja dia merasa saya tak sekeren ibu-ibu diluar sana. Memang kenyataannya seperti itu. Dia merasa seperti itu karena memang kekurangan saya lebih jelas saja. Ibu saya kok biasa saja. Nyetir mobil saja tidak bisa. Naik motor lama sedikit sudah tidak enak badan. Lama di dapur bikin punggung pegel. Kerja sebentar sudah tepar.

“Kalau sekarang kamu ikut mama temanmu gimana? Nggak usah lama-lama. Tiga hari dulu. Biar kamu senang punya mama yang cantik, kuat dan keren.”

“Nggak! Nggak mau. Nanti aku nggak ada yang bikinin masakan dan jajan.”

“Jadi gimana dong? Ibu kan nggak sekeren ibu-ibu disana?”

“Nggak gimana-gimana. Aku sama ibu aja.”

Si anak seperti menguji kesabaran saya. Kesannya kerja keras saya dari mulai shubuh ke shubuh berikutnya tidak kelihatan, ya. Selama hamil hingga anaknya segedhe ini tidak merasakan apa saja yang telah saya usahakan untuk merawatnya. Kok semuanya lenyap begitu melihat orang tua temannya. 

Tapi kalem saja. Anak saya ini suka bercanda yang sedikit kelewatan. Ngomong saja sambil nyengar-ngengir kemudian disusul tertawa karena berhasil membuat saya murka. Jiah, sungguh bukan tema yang asyik, Nak!

Jadi pada intinya, siapapun kita pasti tak suka dibanding-bandingkan dengan orang lain. Karena kita adalah manusia yang unik. Manusia yang memiliki kelebihan. Sementara kalau kekurangannya apa, tidak perlu diungkit-ungkit. Cukup menjadikan kita maklum saja.

^_^
Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

6 Komentar untuk "Jangan Membandingkan Ibu"

  1. Wahhh pernah banget kayak gitu waktu kecil, terkadang orang lain seperti lebih istimewa dari yang kita miliki. Tapi lama kelamaaan jadi sadar, ada yang lebih istimewa dari ibu yang kumiliki dan tidak dimiliki oleh orang lain, bangga deh..

    BalasHapus
  2. Duh mulai sekarang saya ngga boleh bandingin anak ya takut karma lol tfs lho mba membuat saya bersyukur dan bercermin 😂

    BalasHapus
  3. Kayak waktu kecil saya juga gitu hehehe. Setelah berumah tangga dan punya anak, baru benar2 saya sadar ibu itu madarasah pertama saya. Banyak hal ilmu dan petuahnya yang menjadi bekal untuk hidup dirantau

    BalasHapus
  4. Hehehe, pasti nyesekk sih kalau dibanding2kan. Jaman makin maju buka ibu atau ayah saja ya yang bisa membanding-bandingkan anak, anak juga bisa membanding-bandingkan orang tua. Atau, apa sejak dulu juga sebetulnya itu sudah terjadi? (anak membanding2kan orang tuanya) hanya saja sekarang anak2 memang sudah lebih berani, daripada anak2 jaman dulu.

    Terima kasih, Semoga ini jadi pelajaran buat kita semua, jangan membangding-bandingkan kalau tidak mau dibanding-bandingkan :)

    BalasHapus
  5. Intinya menerima apa adanya, ya. Tapi sebel juga sih, kalau dibanding-bandingkan begitu.

    BalasHapus
  6. kalau aku mah suka ditanya, ma, anak itu selalu ditemani saat sekolah kapan aku? saat aku gak ngajar aku temani dia, tp malah aku disuruh pulang, katanya gak bebas ada mama dilihatin terus

    BalasHapus
Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel