Resolusi Bisnis 2019: Batik Tulis Gedog Online
Rabu, 30 Januari 2019
9 Komentar
Orang
tua saya merupakan pekerja keras. Bapak dan ibu memiliki keterampilan menjahit
sejak muda. Karena bapak sudah menjahit dan usahanya sudah berkembang, maka ibu diminta untuk tidak menerima jahitan. Ibu berganti profesi lain.
Tapi ibu tidak pernah jauh dari urusan menjahit. Hingga akhirnya ibu melihat
kesempatan yang bagus untuk menjual kain batik tulis yang waktu itu belum
populer.
Pada
tahun 2012 ibu meninggal dunia. Bapak meminta saya untuk melanjutkan bisnis
ibu. Sayangnya saya tidak memiliki kemampuan dan pengalaman ini merasa
ragu-ragu. Dua tahun kemudian saya mulai terjun di bisnis batik ini
Saya
bukan pengrajin dan tidak tahu menahu soal perbatikan. Sementara bertanya
kepada bapak tidak banyak membantu. Karena bapak lebih fokus ke urusan jahitan
baju. Ya, bisnis batik adalah milik ibu. Saya hanya tahu sekilas saja.
Bismillah,
saya mulai mendata semua kain batik di toko yang stoknya sudah sangat menipis
dan lawas. Saya mulai mencari tahu para pengrajin batik di Tuban. Saya
mengunjungi pameran-pameran dari UMKM di Tuban dan berkenalan dengan para
pembatik.
Saya
sudah mengantongi kartu nama beberapa pengrajin batik. Selanjutnya saya mulai
berburu batik dari satu tempat ke tempat lain. Tidak mudah, teman-teman. Jatuh bangun
saya meyakinkan para pengrajin untuk menjual dengan harga grosir ke toko saya.
Sebagai
info, saya selalu membeli batik secara cash. Saya tidak ingin menggantung nasib
pengrajin. Begitu ada barang, langsung saya bayar. Terserah kalau di tempat
lain mau menitip barang dulu, bayar kemudian. Namun di tempat saya tidak.
Untuk
dipercaya pengrajin itu tak mudah. Jujur ya, saya mesti bolak-balik belanja
disana sampai dapat harga grosir/bakul. Hal ini berpengaruh terhadap harga jual
kain di toko saya. Kalau selisih harganya lumayan banyak jelas saja pembeli
akan lari ke tempat lain.
Selama
bertahun-tahun saya menggeluti bisnis kain batik ini saya mulai bisa melihat
pola belanja konsumen. Mungkin ini berbeda dengan toko kain batik lain. Tapi
percayalah setiap toko harus memiliki nilai lebih sehingga pembeli baru dan lama puas dan
datang kembali.
Saya berusaha memetakan perilaku belanja konsumen di toko. Selanjutnya saya bisa mencari kain yang kira-kira sesuai dengan selera mereka. Untuk jelasnya ada 3 poin yang saya pegang.
Saya berusaha memetakan perilaku belanja konsumen di toko. Selanjutnya saya bisa mencari kain yang kira-kira sesuai dengan selera mereka. Untuk jelasnya ada 3 poin yang saya pegang.
1. Trend
Saya
sering salah membaca trend. Ketika sedang musim motif tertentu saya
belanja banyak. Tapi penjualan di toko saya ternyata tidak sesuai dengan harapan. Daya beli konsumen kadang bertolak belakang dengan trend pasar. Kainpun menumpuk karena tidak kunjung laku. Perlahan saya mempelajari pola belanja konsumen di toko ini. Secara umum daya beli konsumen berkaitan
erat dengan rentang usia, selera, jenis kelamin, keadaan ekonomi dan jenis pekerjaan.
2. Kain
batik yang banyak dicari harus diperbanyak stoknya
Paling
favorit di toko saya adalah batik tulis putihan. Jadi stoknya cukup banyak agar pembeli memiliki banyak pilihan. Batik tulis gedog ini
menggunakan kain berwarna putih dengan satu warna ornamen. Misalnya warna biru.
Kalaupun hitam karena sudah pakemnya. Kain batik ini banyak dipakai sebagai
seragam kantor. Saya sudah beberapa kali menerima pesanan kain seragam.
3. Mendengar
keluhan konsumen
Urusan
kain batik tulis itu ribet. Sudah harganya mahal, perawatannya juga tidak bisa
sembarangan. Di toko, saya sering mendengarkan keluhan para pembeli. Yang sering
adalah batik mudah luntur. Masalah ini terjadi bisa saja karena pewarnaan dari
pengrajin yang kurang bagus. Atau karena proses mencuci kain yang tidak tepat. Konsumen
bisa saja salah, namun saya tak ingin menyalahkan mereka. Biarlah saya menjadi
pendengar saja dan memberikan nasihat agar lebih berhati-hati merawat batik.
Jika
masalah pewarnaan dari pengrajin, saya harus melakukan pendekatan dengan
pengrajinnya. Atau saya bisa memilih pengrajin lainnya yang mampu memberikan
hasil lebih baik. Saya pikir, saya harus memiliki banyak pilihan karena untuk
survive di bisnis ini tidak bisa mengandalkan satu tempat/pengrajin.
Sampai
saat ini bisnis kain batik masih dijalankan secara offline. Saya dibantu
seorang karyawan yang juga karyawan bapak. Tugasnya memang jadi double. Karena memang masih bisa
menangani dua peran sekaligus. Namun jika saya ingin meningkatkan pangsa pasar
kain batik tulis gedog tentu akan memberatkan.
Sebagai
pemanasan agar bisnis kain batik makin dikenal, saya sudah memiliki akun
instagram untuk memajang produk. Di akun @versia.batik menampilkan produk kain
batik gedog, batik cap dan tenun. Bisnis kain tidak menutup kemungkinan untuk
merambah ke kain-kain dari daerah lain, seperti Sidoarjo, Madura, Solo, Lasem,
Jepara dan Cirebon. Selain itu masih ada kemeja siap pakai dari bahan semi sutera. Namun yang utama adalah batik tulis gedog Tuban.
Banyak yang mesti
dibenahi dalam bisnis ini. Namun perbaikan toko fisik, saya rasa untuk saat ini terlalu berat. Jadi
kalau teman-teman melihat foto-foto di toko, pasti terlihat berantakan dan
tidak menarik. Toko kami menjadi satu dengan tempat memajang baju-baju pesanan pelanggan.
Juga tempat untuk menerima tamu yang hendak memesan kain maupun baju.
Lupakan masalah toko yang berantakan. Tetap fokus pada produk. Tapi bagaimana caranya agar bisnis kain batik ini dikenal secara luas? Saya perlu membuat persiapan. Tidak ada bisnis yang tiba-tiba melesat. Pastinya ada tahapan-tahapan agar bisnis saya mulai dilirik orang bukan saja pelanggan tetap toko, namun juga pelanggan baru.
Saya menyebut tahapan-tahapan ini sebagai resolusi bisnis di tahun 2019.
Saya menyebut tahapan-tahapan ini sebagai resolusi bisnis di tahun 2019.
1. Belanja
produk unggulan dari pengrajin
Membuat
selembar kain itu tidak sama dengan membuat seratus lembar kain. Karena pengerjaan
ini membutuhkan kreativitas tangan-tengan pengrajin, hasilnya tidak bisa sama
persis. Ada saja garis yang tidak lurus. Ada saja yang lupa tidak mengisi
cecek-cecek (titik-titik). Untuk memesan kain lebih dalam jumlah banyak, dibutuhkan
pemakluman dari pelanggan. Sedangkan buat pengrajinnya, perlu ada komunikasi dan pembinaan
secara berkesinambungan.
Setelah
beberapa tahun berkecimpung di dunia perbatikan, saya mulai mengerti produk
yang berkualitas itu seperti apa. Tentu saya sudah babak belur masalah modal
usaha juga. Worth juga dengan
pengalaman yang saya dapatkan dari blusukan ke pengrajin-pengrajin batik. Meski
sudah ada kerjasama dengan pengrajin-pengrajin batik, saya masih berusaha
memperluas lingkup pertemanan. Ya, siapa tahu bisa mengenal pengrajin baru dan
cocok.
2. Mencari
harga yang layak
Saya
tidak mencari harga yang murah karena harga sangat berpengaruh terhadap hasil
akhir. Ono rupo ono rego. Ada kualitas
pasti ada harga yang sepadan. Dengan mencari harga yang layak/sesuai dengan
produk, saya bisa menawarkan kepada konsumen tanpa merasa ragu-ragu. Untuk
3. Upload
secara berkala
Saya
masih mengandalkan penjualan secara offline, jadi untuk bisa menjual secara online saya harus memastikan
semua produk memiliki foto beserta detailnya. Dibutuhkan konsistensi untuk
membuat catatan semua produk. Untuk sementara saya masih fokus di @versia.batik
sebagai etalase produk.
Untuk
foto-foto produk, saya selalu menghindari proses editing. Dalam hal warna tidak
bisa sama persis dengan aslinya. Katakanlah foto mendekati aslinya. Demikian juga ketika ada
orang yang memesan kain. Saya maupun karyawan di toko selalu sosialisasi
tentang produk. Bahwa kain batik tidak bisa sama persis satu sama lain. Hal ini
berbeda dengan kain batik printing maupun cap.
4. Memperkenalkan
produk di marketplace
Dulu
saya pernah berjualan kain secara online. Hanya saja orang lebih suka chat via
jalur pribadi. Orang merasa lebih jelas jika bisa bertanya langsung kepada
penjualnya. Padahal sudah ada deskripsi produk lengkap dengan harga. Satu lagi,
orang juga suka menawar.
Dari
pengalaman singkat berinteraksi secara online ini saya ingin memperbaikinya. Seperti
deskripsi produk dan juga sharing pengetahuan
tentang produk. Karena saya menjual batik tulis gedog, tentu berhubungan erat
dengan sejarah dan budaya setempat. Selain itu saya mesti mengetahui motif,
pengerjaan, cara perawatan dan model baju yang cocok untuk produk. Sehingga calon
pembeli tertarik ketika melihat produk saya di marketplace.
5. Fokus
pada penjualan produk
Masalah
produk itu tidak hanya seputar kulakan dan jual. Cari harga yang layak lalu
jual. Promo lalu jual. Tidak semudah itu! Ada banyak faktor yang mempengaruhi
bahwa suatu produk itu memang bagus dan layak dijual dengan harga sekian.
Kain
batik yang bagus dimulai dari pemilihan kain yang tepat, proses membatik dan
pewarnaan. Kemudian menentukan harga jual yang sudah beredar dipasaran. Untuk
kain batik putihan harga Rp 200.000 itu sudah umum. Saya tidak mungkin
menaikkan harga. Satu-satunya cara untuk meningkatkan pendapatan adalah dengan
memperbanyak penjualan.
e-commerce menjawab
keraguan saya
Seorang pengrajin langganan saya sempat meminta agar saya membuka showroom kain batik gedog. Dia
bersedia mengirim kain batik di toko. Saya terharu. Namun saya menyadari masih banyak yang perlu dibenahi. Terlalu berat jika saya membuka toko baru. Saya akan terbebani dengan biaya
operasional. Sementara di toko bapak saya tidak perlu memikirkan semua itu. Cukup
yang menjadi tanggung jawab saya, macam-macam kain dan kemeja semi sutera.
Sebagai
solusi adalah dengan membuka toko online. Ini menarik karena sebagai penjual,
saya tidak perlu dipusingkan dengan biaya operasional. Cukup dengan memajang
foto-foto produk, saya bisa berjualan dengan leluasa. Pangsa pasar tidak saja
menjangkau wilayah Tuban, namun bisa lebih jauh lagi, mendunia.
Dengan
maraknya e-commerce menjadi angin segar bagi para pelaku usaha. Tak terkecuali
dengan bisnis yang saya jalankan ini. Dengan bergabung dengan marketplace Ralali.com pelaku usaha hanya perlu fokus dengan pruduknya. Sementara pembeli, memiliki
kepercayaan yang besar terhadap marketplace yang mengutamakan pelayanan.
Ralali merupakan B2B (business to business) online marketplace yang berdiri sejak tahun 2013. Dengan teknologi dan fitur yang aman dan transparan memudahkan proses transaksi jual beli. Ralali bekerjasama dengan banyak brand ini mampu menjawab tantangan pelaku usaha dari seluruh pelosok nusantara untuk
mengembangkan bisnisnya. Mau belanja secara grosir atau eceran, baik untuk
kebutuhan usaha maupun pribadi, bisa pilih pusat grosir online. Di era digital
seperti ini, semuanya menjadi lebih mudah, bukan?
Dengan
adanya marketplace ini, saya berharap bisa mewadahi pelaku usaha produk
handmade seperti batik. Saya ingin batik gedog semakin dikenal secara luas, kapanpun dan dimanapun. Batik
tulis gedog bukan saja milik warga Tuban, tapi siapa saja bisa membeli dan
memiliki hasil karya pengrajin Tuban.
Demikianlah resolusi bisnis batik gedog yang saya impikan di tahun 2019. Mohon doa restunya agar saya bisa menjalankan sesuai dengan harapan dan memberi manfaat minimal buat orang-orang yang berada dibalik bisnis batik ini.
Demikianlah resolusi bisnis batik gedog yang saya impikan di tahun 2019. Mohon doa restunya agar saya bisa menjalankan sesuai dengan harapan dan memberi manfaat minimal buat orang-orang yang berada dibalik bisnis batik ini.
^_^
Menjalani usaha batik secara offline saat ini tidak mudah ya banyak persaingan disana sini, untungnya ada marketplace yang membantu pelaku usaha mengembangkan bisnisnya secara luas,jadi terasa mudah, semoga sukses bisnisnya mba
BalasHapusAamiin. Makasih mba Yani.
HapusWah mbk nur kece usahanya. Wirausaha sekaligus menjaga kelestarian batik salah satunya jenis batik Tuban ini ya mbk. Aku doakan semoga resolusi bisnis mbk nur tercapai semua. Aamiin
BalasHapusAamiin. Makasih mba. Doa terbaik buat mba Inda juga.
Hapusiya kbak, menjual baik dengan harga murah idak sjalan dgn prosesnya. orang yg benar2 memahmi proses pembuatan dan kualitas baik akan memakluminya. semoga laris manis dan berkah mbak.
BalasHapusWaah ternyata mbak Nurrochma pengusaha batik.
BalasHapusMau cek Ralali ah, aku juga punya niat mau buka usaha. Kemarin sempat buka sebentar situsnya tapi masih belum mudeng, mau pelajari lebih dalam lagi :D
Sukses terus ya mbak dan usahanya :)
Ayo mba Mer buka usaha dari rumah.
HapusBisnis batik walaupun skrg jd trend tp ttp butuh memperhatikan kualitas dan kuantitas juga ramah kantong apa nggak, kayak Batik Keris itu kan bagus ya, tp pembelinya orang2 tertentu aja. Ttp semangat ya mbak
BalasHapusIya mba, bagus itu. Tetap dicari orang.
Hapus