Maghrib di Masjid Agung Jawa Tengah


masjid agung jawa tengah


Akhir-akhir ini wisata religi, entah itu ziarah ke makam wali songo plus masjid-masjid, atau sekedar berkunjung ke masjid saja, semakin marak. Masjid yang unik dan megah semakin menjadi incaran penggemar foto. Bagaimana tidak, hari ini datang ke suatu tempat tanpa foto rasanya aneh bin ajaib.

Baca juga Terjebak Spot Instagrammable di Kota Lama Semarang.


Sekilas tentang Masjid Agung Jawa Tengah

Masjid ini dibangun pada tahun 2001-2006 diatas lahan 10 ha. Dirancang dengan gaya arsitektur campuran yaitu Jawa, Islam dan Romawi oleh arsitek Ir. H. Ahmad Fanani. Bangunan utama masjid beratap limas yang merupakan ciri khas Jawa. Dibagian ujung atap dilengkapi dengan kubah besar diameter 20 meter. Masjid dilengkapi dengan 4 menara setinggi 62 meter. Ditambah satu menara setinggi 99 meter yang letaknya terpisah dengan bangunan utama.

Gaya romawi terlihat di bagian 25 pilar depan masjid. Pilar-pilar tersebut dihiasi kaligrafi yang merupakan simbol dari 25 nabi dan rasul. Di gerbang tertulis dua kalimat syahadat. 

Area pelataran masjid dilengkapi dengan payung raksasa setinggi 20 meter dan diameter 12 meter. Hanya di waktu tertentu payung raksasa ini dibuka yaitu ketika shalat Jum'at, hari raya Idul Fitri dan hari raya Idul Adha.

Di dalam masjid terdapat koleksi Al Qur'an raksasa (145x95 cm) yang ditulis tangan oleh Drs. Kyatuddin dari Pondok Pesantren Al-Asyariyyah, Kalibeber, Mojotengah, Wonosobo. Kemudian ada bedug raksasa dengan panjang 310 cm, diameter 220 cm. Bedug ini merupakan replika bedug Pendowo Purworejo.

Saya tidak memotret bagian ini ya, karena ruang utama pastilah ramai orang-orang beribadah. Kalaupun harus menunggu sepi, saya sudah pulang.

Selain sebagai tempat ibadah, masjid Agung Jawa Tengah ini digunakan sebagai wisata religi. Masjid dilengkapi dengan penginapan dengan berbagai kelas, toko-toko souvenir dan makanan yang letaknya terpisah.

**

Libur akhir tahun ini saya mengajak keluarga ke Semarang. Rasanya belum lengkap jika tidak sekalian mampir ke masjid agung Jawa Tengah. Cuaca sedang mendung waktu itu. Tapi tidak hujan. Hingga tiba di area parkir semuanya aman.

Rancananya, kami akan menunggu waktu maghrib tiba. Sambil menunggu itu suami berburu foto masjid yang rasanya kurang maksimal banget. Cuaca kurang bersahabat membuat foto-foto kami tampak tidak cerah dan tidak menarik. 

masjid agung jawa tengah
  
Gerimis mulai menyapa. Suara murottal menjadi pertanda bahwa sebentar lagi akan ada adzan maghrib. Saya sudah siap dengan mukena parasut. Tinggal mencari tempat wudhu saja.

Daripada terburu-buru antara mencari tempat wudhu, tempat sholat dan memakai mukena, lebih baik langsung saja pergi ke tempat wudhu. Saya belum tahu kondisi tempat wudhu wanita. Apakah jauh dari jangkauan saya yang masih berada di halaman masjid, ataukah sudah banyak orang hingga berdesakan. Pertama, saya mencari petunjuk tempat wudhu wanita. Ternyata berada di sisi sebelah kiri. 

Posisi saya sudah berada di lantai atas (masjid). Saya menuruni tangga. Tiba di lantai bawah kudu hati-hati karena licin oleh air hujan. Saya sempat tersandung ubin halaman yang pecah. Ah, salah sendiri, mengapa tidak melihat jalan tapi sibuk pegangan tangga.

menara masjid agung jawa tengah


Turun tangga, saya senang, langsung terlihat jejeran kran. Dengan semangat saya langsung membuka krannya yang ternyata tidak mengalirkan air sama sekali. Saya naik ke atas. Ke tempat semula. Bertemu dengan seorang ibu yang juga bingung mencari tempat wudhu.

Dari atas, saya bertemu suami. “Tempat wudhunya ada di bawah.”

Oke, saya turun lagi. Jujur ya dalam keadaan lantai licin seperti ini saya malas berjalan. Pengennya berdiam di tempat yang kering. Berhubung saya tidak paham lokasinya, saya seperti orang yang mondar-mandir saja. Kali ini saya harus bisa menemukan tempat wudhu. Harus!

masjid agung jawa tengah


Ternyata mudah, teman-teman. Mungkin karena saya jengah melihat air di lantai atas, pikiran saya seolah memberi  perintah "naik lagi turun lagi". Belum lagi kaki ini masih cekot-cekot kena ubin.  

Mestinya ketika saya menyalakan kran di bawah dan tidak ada air, saya jalan lurus saja, ada petunjuk tempat wudhu disitu. Ada banyak orang, seperti rombongan bus yang menggunakan kamar mandi dan tempat wudhu. Anak-anak kecil yang dimandikan oleh ibu-ibu mereka. Juga orang dewasa yang tertatih-tatih mencari kran.

Setelah wudhu saya naik ke atas, tanpa harus keluar masjid. Nyesel juga sih, tidak kunjung tahu tempatnya. Harusnya tadi saya lewat sini saja. Saya tidak perlu berjalan ditengah lantai licin. Sayang karena cuaca mendung, penerangan yang kurang, perasaan was-was membuat saya menjadi bimbang. Kebetulan bertanya kepada orang-orang yang baru pertama kali kesini alias sama-sama tidak tahu. Blank!

masjid agung jawa tengah


Suara adzan magrib sudah berkumandang. Para jamaah shalat maghrib berpencar. Saya berada di tengah masjid bagian kiri. Di shaf khusus wanita. Kemudian seorang petugas masjid berseragam gelap menuju shaf wanita, meminta kami untuk segera merapikan shaf. 

Bapak petugas ini cuma menyisir jamaah bagain depan. Sementara jamaah laki-laki bergegas menuju shaf awal, jamaah wanita perlahan merapikan shaf. Saya lihat masih ada beberapa shaf yang sengaja tidak mau maju. Justru memilih tempat sendiri yang baginya ternyaman.

Setiap memasuki masjid ada rasa damai yang menyusup. Sambil berharap setiap doa yang terucap hanya untuk memohon ridho padaNya.

Selesai sholat, saya menunggu di tangga depan pintu masjid. Masih di lantai yang kering. Sambil mencoba mengedarkan pandangan mencari keluarga saya. Disinilah, untuk ke sekian kalinya saya melihat ibu-ibu yang terpeleset di lantai. Semua yang saya lihat jatuh berdebum adalah wanita. Saya jadi was-was menjelang keluar area masjid. Saya mesti melewati halaman masjid yang basah dan licin. Di bagian tertentu ada genangan air.

di dalam masjid agung jawa tengah


Saya berharap pihak masjid lebih memperhatikan kondisi ini. Bagaimana membuat para jamaah yang baru pertama kali kesini tidak bingung mencari tempat wudhu. Okelah, disini sudah ada petunjuk tempatnya, tapi untuk tempat wudhu yang terdekat semoga bisa digunakan. Kalau dipikir, buat apa juga membuat kran-kran di bawah sementara air tidak mengalir. Di tempat laki-laki juga begitu.

Kemudian untuk penerangan, semoga bisa ditambah. Mendung dan penerangan yang kurang menjadi paduan yang pas untuk jamaah yang belum paham tempat ini. Bingung mencari tempat wudhu dan tidak jelas pijakan di lantai. Satu-satunya cara adalah dengan berjalan pelan-pelan dan hati-hati. Sementara untuk yang membawa balita dan orang tua wajib untuk memegangi mereka.

di dalam masjid agung jawa tengah


Untuk payung raksasanya itu, saya hanya bisa membatin. Kenapa ketika hujan seperti ini tidak dibuka saja ya. Andai dibuka, di beberapa area lantai bisa jadi masih kering. Atau minimal tidak ada genangan air sehingga licin. Para jamaah bisa lebih nyaman mencari jalan menuju tempat menaruh sandal/sepatu lalu pulang.

Untuk yang datang ke masjid, apapun tujuannya, semoga memang benar-benar ingin beribadah. Bonusnya bisa foto-foto dengan background masjid yang megah. Jujur ya, kalau ke masjid hanya untuk foto-foto, rasanya miris saja. 

Bahan bacaan:

Wikipedia

^_^
Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

6 Komentar untuk "Maghrib di Masjid Agung Jawa Tengah"

  1. Bingung mencari tempat wudhu, kasihan amat. Maklumlah yang namanya masjidnya terlalu besar, jadi keder sedikit tidak jadi soal.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahah...Ini kayaknya sudah berapa kali kejadian ya. Katika datang ke suatu kota, suami biasanya mengajak ke masjid agung. Lha, namanya masjid agung itu besar-besar ya. Pernah tuh entah di kota mana aku lupa, sampai naik turun tangga berkali-kali, muter masjid. Ya Allah capek bener cuma buat nyari tempat wudhu.

      Hapus
  2. Alhamdulillah, ini bener2 Jum'at barokah buat saya, saya bisa ikutan mbak wisata reliji meskipun lewat tulisan dan foto2, yang penting niat...makasih mbak

    BalasHapus
  3. Wah udah lama ngga maen kesini.. Heeee...
    ternyata kalau malam masih rame ya mbak :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ramai mas. Meski hujan nggak menyurutkan langkah kita ke masjid, hihi..

      Hapus
Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel