Resolusi Bisnis 2019: Batik Tulis Gedog Online


batik tulis gedog

Orang tua saya merupakan pekerja keras. Bapak dan ibu memiliki keterampilan menjahit sejak muda. Karena bapak sudah menjahit dan usahanya sudah berkembang, maka ibu diminta untuk tidak menerima jahitan. Ibu berganti profesi lain. Tapi ibu tidak pernah jauh dari urusan menjahit. Hingga akhirnya ibu melihat kesempatan yang bagus untuk menjual kain batik tulis yang waktu itu belum populer.

Pada tahun 2012 ibu meninggal dunia. Bapak meminta saya untuk melanjutkan bisnis ibu. Sayangnya saya tidak memiliki kemampuan dan pengalaman ini merasa ragu-ragu. Dua tahun kemudian saya mulai terjun di bisnis batik ini

Saya bukan pengrajin dan tidak tahu menahu soal perbatikan. Sementara bertanya kepada bapak tidak banyak membantu. Karena bapak lebih fokus ke urusan jahitan baju. Ya, bisnis batik adalah milik ibu. Saya hanya tahu sekilas saja.


batik tulis gedog tuban


Bismillah, saya mulai mendata semua kain batik di toko yang stoknya sudah sangat menipis dan lawas. Saya mulai mencari tahu para pengrajin batik di Tuban. Saya mengunjungi pameran-pameran dari UMKM di Tuban dan berkenalan dengan para pembatik.

Saya sudah mengantongi kartu nama beberapa pengrajin batik. Selanjutnya saya mulai berburu batik dari satu tempat ke tempat lain. Tidak mudah, teman-teman. Jatuh bangun saya meyakinkan para pengrajin untuk menjual dengan harga grosir ke toko saya.

Sebagai info, saya selalu membeli batik secara cash. Saya tidak ingin menggantung nasib pengrajin. Begitu ada barang, langsung saya bayar. Terserah kalau di tempat lain mau menitip barang dulu, bayar kemudian. Namun di tempat saya tidak.

Untuk dipercaya pengrajin itu tak mudah. Jujur ya, saya mesti bolak-balik belanja disana sampai dapat harga grosir/bakul. Hal ini berpengaruh terhadap harga jual kain di toko saya. Kalau selisih harganya lumayan banyak jelas saja pembeli akan lari ke tempat lain.

daya beli konsumen


Selama bertahun-tahun saya menggeluti bisnis kain batik ini saya mulai bisa melihat pola belanja konsumen. Mungkin ini berbeda dengan toko kain batik lain. Tapi percayalah setiap toko harus memiliki nilai lebih sehingga pembeli baru dan lama puas dan datang kembali.

Saya berusaha memetakan perilaku belanja konsumen di toko. Selanjutnya saya bisa mencari kain yang kira-kira sesuai dengan selera mereka. Untuk jelasnya ada 3 poin yang saya pegang.

1. Trend

Saya sering salah membaca trend. Ketika sedang musim motif tertentu saya belanja banyak. Tapi penjualan di toko saya ternyata tidak sesuai dengan harapan. Daya beli konsumen kadang bertolak belakang dengan trend pasar. Kainpun menumpuk karena tidak kunjung laku. Perlahan saya mempelajari pola belanja konsumen di toko ini. Secara umum daya beli konsumen berkaitan erat dengan rentang usia, selera, jenis kelamin, keadaan ekonomi dan jenis pekerjaan.

2. Kain batik yang banyak dicari harus diperbanyak stoknya

Paling favorit di toko saya adalah batik tulis putihan. Jadi stoknya cukup banyak agar pembeli memiliki banyak pilihan. Batik tulis gedog ini menggunakan kain berwarna putih dengan satu warna ornamen. Misalnya warna biru. Kalaupun hitam karena sudah pakemnya. Kain batik ini banyak dipakai sebagai seragam kantor. Saya sudah beberapa kali menerima pesanan kain seragam.

3. Mendengar keluhan konsumen

Urusan kain batik tulis itu ribet. Sudah harganya mahal, perawatannya juga tidak bisa sembarangan. Di toko, saya sering mendengarkan keluhan para pembeli. Yang sering adalah batik mudah luntur. Masalah ini terjadi bisa saja karena pewarnaan dari pengrajin yang kurang bagus. Atau karena proses mencuci kain yang tidak tepat. Konsumen bisa saja salah, namun saya tak ingin menyalahkan mereka. Biarlah saya menjadi pendengar saja dan memberikan nasihat agar lebih berhati-hati merawat batik.

Jika masalah pewarnaan dari pengrajin, saya harus melakukan pendekatan dengan pengrajinnya. Atau saya bisa memilih pengrajin lainnya yang mampu memberikan hasil lebih baik. Saya pikir, saya harus memiliki banyak pilihan karena untuk survive di bisnis ini tidak bisa mengandalkan satu tempat/pengrajin.

Sampai saat ini bisnis kain batik masih dijalankan secara offline. Saya dibantu seorang karyawan yang juga karyawan bapak. Tugasnya memang jadi double. Karena memang masih bisa menangani dua peran sekaligus. Namun jika saya ingin meningkatkan pangsa pasar kain batik tulis gedog tentu akan memberatkan.

versia batik


Sebagai pemanasan agar bisnis kain batik makin dikenal, saya sudah memiliki akun instagram untuk memajang produk. Di akun @versia.batik menampilkan produk kain batik gedog, batik cap dan tenun. Bisnis kain tidak menutup kemungkinan untuk merambah ke kain-kain dari daerah lain, seperti Sidoarjo, Madura, Solo, Lasem, Jepara dan Cirebon. Selain itu masih ada kemeja siap pakai dari bahan semi sutera. Namun yang utama adalah batik tulis gedog Tuban.

Banyak yang mesti dibenahi dalam bisnis ini. Namun perbaikan toko fisik, saya rasa untuk saat ini terlalu berat. Jadi kalau teman-teman melihat foto-foto di toko, pasti terlihat berantakan dan tidak menarik. Toko kami menjadi satu dengan tempat memajang baju-baju pesanan pelanggan. Juga tempat untuk menerima tamu yang hendak memesan kain maupun baju.

Lupakan masalah toko yang berantakan. Tetap fokus pada produk. Tapi bagaimana caranya agar bisnis kain batik ini dikenal secara luas? Saya perlu membuat persiapan. Tidak ada bisnis yang tiba-tiba melesat. Pastinya ada tahapan-tahapan agar bisnis saya mulai dilirik orang bukan saja pelanggan tetap toko, namun juga pelanggan baru. 

Saya menyebut tahapan-tahapan ini sebagai resolusi bisnis di tahun 2019

resolusi bisnis batik tulis gedog


1. Belanja produk unggulan dari pengrajin

Membuat selembar kain itu tidak sama dengan membuat seratus lembar kain. Karena pengerjaan ini membutuhkan kreativitas tangan-tengan pengrajin, hasilnya tidak bisa sama persis. Ada saja garis yang tidak lurus. Ada saja yang lupa tidak mengisi cecek-cecek (titik-titik). Untuk memesan kain lebih dalam jumlah banyak, dibutuhkan pemakluman dari pelanggan. Sedangkan buat pengrajinnya, perlu ada komunikasi dan pembinaan secara berkesinambungan.

Setelah beberapa tahun berkecimpung di dunia perbatikan, saya mulai mengerti produk yang berkualitas itu seperti apa. Tentu saya sudah babak belur masalah modal usaha juga. Worth juga dengan pengalaman yang saya dapatkan dari blusukan ke pengrajin-pengrajin batik. Meski sudah ada kerjasama dengan pengrajin-pengrajin batik, saya masih berusaha memperluas lingkup pertemanan. Ya, siapa tahu bisa mengenal pengrajin baru dan cocok.

2. Mencari harga yang layak

Saya tidak mencari harga yang murah karena harga sangat berpengaruh terhadap hasil akhir. Ono rupo ono rego. Ada kualitas pasti ada harga yang sepadan. Dengan mencari harga yang layak/sesuai dengan produk, saya bisa menawarkan kepada konsumen tanpa merasa ragu-ragu. Untuk

3. Upload secara berkala

Saya masih mengandalkan penjualan secara offline, jadi untuk bisa  menjual secara online saya harus memastikan semua produk memiliki foto beserta detailnya. Dibutuhkan konsistensi untuk membuat catatan semua produk. Untuk sementara saya masih fokus di @versia.batik sebagai etalase produk.

Untuk foto-foto produk, saya selalu menghindari proses editing. Dalam hal warna tidak bisa sama persis dengan aslinya. Katakanlah foto mendekati aslinya. Demikian juga ketika ada orang yang memesan kain. Saya maupun karyawan di toko selalu sosialisasi tentang produk. Bahwa kain batik tidak bisa sama persis satu sama lain. Hal ini berbeda dengan kain batik printing maupun cap.

4. Memperkenalkan produk di marketplace

Dulu saya pernah berjualan kain secara online. Hanya saja orang lebih suka chat via jalur pribadi. Orang merasa lebih jelas jika bisa bertanya langsung kepada penjualnya. Padahal sudah ada deskripsi produk lengkap dengan harga. Satu lagi, orang juga suka menawar.

Dari pengalaman singkat berinteraksi secara online ini saya ingin memperbaikinya. Seperti deskripsi produk dan juga sharing pengetahuan tentang produk. Karena saya menjual batik tulis gedog, tentu berhubungan erat dengan sejarah dan budaya setempat. Selain itu saya mesti mengetahui motif, pengerjaan, cara perawatan dan model baju yang cocok untuk produk. Sehingga calon pembeli tertarik ketika melihat produk saya di marketplace.

5. Fokus pada penjualan produk

Masalah produk itu tidak hanya seputar kulakan dan jual. Cari harga yang layak lalu jual. Promo lalu jual. Tidak semudah itu! Ada banyak faktor yang mempengaruhi bahwa suatu produk itu memang bagus dan layak dijual dengan harga sekian.

Kain batik yang bagus dimulai dari pemilihan kain yang tepat, proses membatik dan pewarnaan. Kemudian menentukan harga jual yang sudah beredar dipasaran. Untuk kain batik putihan harga Rp 200.000 itu sudah umum. Saya tidak mungkin menaikkan harga. Satu-satunya cara untuk meningkatkan pendapatan adalah dengan memperbanyak penjualan.   

e-commerce menjawab keraguan saya

Seorang pengrajin langganan saya sempat meminta agar saya membuka showroom kain batik gedog. Dia bersedia mengirim kain batik di toko. Saya terharu. Namun saya menyadari masih banyak yang perlu dibenahi. Terlalu berat jika saya membuka toko baru. Saya akan terbebani dengan biaya operasional. Sementara di toko bapak saya tidak perlu memikirkan semua itu. Cukup yang menjadi tanggung jawab saya, macam-macam kain dan kemeja semi sutera. 


Sebagai solusi adalah dengan membuka toko online. Ini menarik karena sebagai penjual, saya tidak perlu dipusingkan dengan biaya operasional. Cukup dengan memajang foto-foto produk, saya bisa berjualan dengan leluasa. Pangsa pasar tidak saja menjangkau wilayah Tuban, namun bisa lebih jauh lagi, mendunia.


Dengan maraknya e-commerce menjadi angin segar bagi para pelaku usaha. Tak terkecuali dengan bisnis yang saya jalankan ini. Dengan bergabung dengan marketplace Ralali.com pelaku usaha hanya perlu fokus dengan pruduknya. Sementara pembeli, memiliki kepercayaan yang besar terhadap marketplace yang mengutamakan pelayanan.

situs rarali


Ralali merupakan B2B (business to business) online marketplace yang  berdiri sejak tahun 2013. Dengan teknologi dan fitur yang aman dan transparan memudahkan proses transaksi jual beli. Ralali bekerjasama dengan banyak brand ini mampu menjawab tantangan pelaku usaha dari seluruh pelosok nusantara untuk mengembangkan bisnisnya. Mau belanja secara grosir atau eceran, baik untuk kebutuhan usaha maupun pribadi, bisa pilih pusat grosir online. Di era digital seperti ini, semuanya menjadi lebih mudah, bukan?

Dengan adanya marketplace ini, saya berharap bisa mewadahi pelaku usaha produk handmade seperti batik. Saya ingin batik gedog semakin dikenal secara luas, kapanpun dan dimanapun. Batik tulis gedog bukan saja milik warga Tuban, tapi siapa saja bisa membeli dan memiliki hasil karya pengrajin Tuban.

brand yang bekerjasama dengan situs rarali


Demikianlah resolusi bisnis batik gedog yang saya impikan di tahun 2019. Mohon doa restunya agar saya bisa menjalankan sesuai dengan harapan dan memberi manfaat minimal buat orang-orang yang berada dibalik bisnis batik ini. 

^_^



Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

9 Komentar untuk "Resolusi Bisnis 2019: Batik Tulis Gedog Online"

  1. Menjalani usaha batik secara offline saat ini tidak mudah ya banyak persaingan disana sini, untungnya ada marketplace yang membantu pelaku usaha mengembangkan bisnisnya secara luas,jadi terasa mudah, semoga sukses bisnisnya mba

    BalasHapus
  2. Wah mbk nur kece usahanya. Wirausaha sekaligus menjaga kelestarian batik salah satunya jenis batik Tuban ini ya mbk. Aku doakan semoga resolusi bisnis mbk nur tercapai semua. Aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin. Makasih mba. Doa terbaik buat mba Inda juga.

      Hapus
  3. iya kbak, menjual baik dengan harga murah idak sjalan dgn prosesnya. orang yg benar2 memahmi proses pembuatan dan kualitas baik akan memakluminya. semoga laris manis dan berkah mbak.

    BalasHapus
  4. Waah ternyata mbak Nurrochma pengusaha batik.

    Mau cek Ralali ah, aku juga punya niat mau buka usaha. Kemarin sempat buka sebentar situsnya tapi masih belum mudeng, mau pelajari lebih dalam lagi :D

    Sukses terus ya mbak dan usahanya :)

    BalasHapus
  5. Bisnis batik walaupun skrg jd trend tp ttp butuh memperhatikan kualitas dan kuantitas juga ramah kantong apa nggak, kayak Batik Keris itu kan bagus ya, tp pembelinya orang2 tertentu aja. Ttp semangat ya mbak

    BalasHapus
Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel