Menjadi Guru, Harus Siap Digugu lan Ditiru
Senin, 29 April 2019
7 Komentar
Halo
teman-teman!
Dalam
filosofi Jawa, guru berasal dari kata digugu
lan ditiru. Menjadi guru berarti digugu yaitu perkataannya dipercaya, dapat
dipertanggungjawabkan dan dijadikan panutan. Sedangkan ditiru adalah guru menjadi
contoh bagi murid-muridnya. Jadi bisa ditiru baik perkataan maupun perilakunya.
Dari sini saja sudah tercermin betapa mulia profesi seorang guru.
Jangan
asal ngomong. Namun ngomong dengan penuh pemikiran, sebab akibat. Jangan asal
bertindak. Namun bertindaklah karena memang diperlukan. Karena seorang guru
menjadi sorotan bukan saja oleh murid-murid namun juga wali murid yang
menginginkan anak-anak meraih prestasi dan berperilaku baik.
Kita
setuju dengan peran guru dalam mencerdaskan anak bangsa. Tugas dan tanggung
jawab seorang guru tidak bisa dipisahkan dengan perkembangan anak-anak pada
pendidikan usia dini, pendidikan dasar hingga pendidikan menengah. Bukan saja
masalah pendidikan yang bisa diukur dengan angka, namun juga termasuk
pendidikan karakter/moral/akhlak.
Tak
mudah menjadi seorang guru. Menjadi seorang guru dituntut untuk bisa mengajar,
mendidik, melatih dan menilai peserta didik. Disinilah guru diharapkan mampu
menjelaskan sebuah teori atau ilmu dengan bahasa yang dimengerti murid-muridnya.
Sementara mereka memiliki kecenderungan
berbeda dalam mencerna sebuah mata pelajaran. Memiliki gaya belajar yang
bervariasi.
Guru
juga diharapkan untuk selalu meningkatkan skill
dan pengetahuan agar mampu memberikan yang terbaik untuk anak-anak. Terbayang
sudah banyak hal yang mesti dipelajari untuk menjadi guru yang baik buat
anak-anak.
Tugas
dan tanggung jawab guru bahkan terkadang melebihi jam sekolah. Banyak kasus
seorang guru menjadi tempat berkeluh kesah terhadap perkembangan anak-anak. Misalnya
saja ketika anak tidak bisa mengerjakan soal-soal di kelas. Atau ketika ada
anak yang melakukan kerusuhan di kelas, dsb. Bukan anak-anak saja yang mengeluh
namun juga wali murid.
Nah, peran
guru secara umum adalah untuk mencerdaskan anak bangsa. Peran lainnya adalah:
- Sebagai pengajar yang mengajarkan ilmu pengetahuan
- Sebagai pembimbing yang mengarahkan anak-anak sesuai dengan tujuan pendidikan kita
- Sebagai motivator yang selalu memberikan dorongan dan semangat untuk belajar dan mencapai cita-cita
- Sebagai teladan bagi anak-anak untuk mencontoh sikap dan perilaku
Harapan Seorang Guru
Saya
yakin setiap guru memiliki harapan terhadap anak-anak didiknya. Selama berinteraksi
di sekolah pastinya guru mengenal semua anak didiknya. Ada yang mengenal secara
personal ada juga yang secara umum saja. Yang jelas, guru memberikan perhatian
dan ilmu yang sama kepada murid tanpa membeda-bedakan satu dengan lainnya.
Seperti
mbak Anis Khoir, yang sudah mengabdikan dirinya selama 8 tahun menjadi guru di
Kelompok Bermain dan Sekolah Dasar, tentu banyak harapan yang terbit ketika
menatap wajah-wajah manis anak didiknya. Harapan yang kiranya takaa muluk namun
tetap saja menjadi hal yang akan berdampak terhadap masa depan mereka. Harapan
bahwa anak-anak yang pernah diajarnya akan tetap memiliki karakter terutama
adab sopan santun, jujur dan menjunjung nilai-nilai luhur bangsa.
Tentu
saja tidak ada simsalabim. Tidak ada ujug-ujug
menjadi anak berprestasi. Harus ada keseimbangan antara apa yang diajarkan
di sekolah dan rumah. Contohnya jika di sekolah diajarkan untuk sholat tepat
waktu, di rumah harusnya juga demikian. Bukan malah terlena di rumah karena
tidak ada sanksi dari guru. Tidak dilihat oleh guru.
Suka Duka Menjadi Guru
Suka
duka selalu berpasangan. Karena memang begitulah tabiat suatu kebaikan dan
beriringan dengan adanya keburukan. Namun ini bukan masalah baik dan buruk, ya.
Susah dan sedih menjadi guru tentu ada. Seperti ketika ada target untuk
menyelesaikan tugas sementara ada saja masalahnya. Namun segala resiko tersebut
bisa diminimalisir dengan mengatur waktu yang optimal dan membuat prioritas
yang tepat.
Yang
menarik menjadi guru adalah ketika ada yang mengenang kebaikan kita. Mbak Anis
merasa apa yang diperbuat adalah sudah sewajarnya. Namun ada saja wali murid
yang masih mengenangnya dengan baik meski sudah tidak mengajar disana.
Bagaimana
tidak terharu jika ada wali murid dan muridnya dari Gresik menyempatkan main ke
Tuban. Ya, mbak Ani pernah mengajar di Gresik, kemudian berhenti dan sekarang
mengajar di Tuban. Moment ini tentu saja membuat segala resah dan lelah seorang
guru tidak terasa lagi. Sebaliknya justru doa-doa terbaik untuk semua murid.
Barakallah
ilmu yang diajarkan dengan ikhlas oleh mbak Anis. Semoga digugu
lan ditiru oleh murid-murid dan dilanjutkan sebagai sebuah tindakan nyata.
^_^
Terima kasih Mbak untuk Tulisannya. masih terus belajar menjadi guru yang bisa bermanfaat ilmunya dan mendidik lebih baik lagi
BalasHapusSalah satu profesi yang sangat-sangat mulia, bagaimana tidak? karena guru seseorang bisa menjadi pilot, masinis, nahkoda, bahkan bisa menjadi presiden sekalipun. Guru itu pembentuk masa depan dan saya harap semoga semua guru-guru di negeri ini dapat memiliki penghidupan yang layak.
BalasHapusJadi Guru itu enaknya adalah bisa investasi Pahala,yakni Ilmu yang bermanfaat..tull ngak Mbak....trus dikenang banyak orang....
BalasHapusIya bener bun. Menjadi guru itu nggak mudah. Apalagi profesi guru di jaman sekarang tu rasanya kurang dihormati juga oleh orang tua, ini nggak semua orang tua ya hanya beberapa. Apalagi orang tua yang merasa dirinya berduit atau merasa lbh berkuasa,
BalasHapusKalau di luar negeri, jadi guru itu gede banget gajinya, rumah dan segala macam kebutuhan terjamin.
BalasHapusjadi guru itu sulit, sulit kl misal ga bisa ngasih yg terbaik buat muridnya,,
BalasHapusbapak ibu ku guru tapi alhamdulillah bisa ngasih yg terbaik buat muridnya
Sebagai Sarjana Pendidikan kusedih kalo gaji guru ngga sesuai dengan jasanya yang tiada tara, apalagi di pelosok sana. Semoga dengan adanya sekolah2 mahal yang tembok dan fasilitasnya oke juga sayang sama gurunya dan mau mensejahterakan para Guru aamiin
BalasHapus