Untung Rugi Masuk Kelas 4 Semester (Akselerasi)
Selasa, 30 April 2019
10 Komentar
Sejak
si sulung masuk kelas 4 semester di sebuah MAN di kota Malang, saya ingin menulis
tentang kelas yang dipilihnya ini. Namun saya urungkan karena berbagai sebab.
Terutama saya belum paham tentang kelas ini. Iya, kalau anaknya betah, kalau
tidak...
Ada
semacam keraguan bahwa anak saya bakal bertahan hingga lulus. Selama ini saya
mendengar bahwa kelas 4 semester atau akselerasi itu susah. Saya sulit
membayangkan seperti apa pelajaran sekolahnya.
Kadang
saya merasa seperti sedang meloncat terlalu jauh. Menilik jarak waktu zaman
sekolah saya dan anak tentu saja banyak perubahan dan perbedaan. Tapi kelas 4
semester masih belum tersentuh oleh impian saya.
Saya
senang ketika si sulung diterima di sekolah pilihannya. Karena sekolah ini
negeri, jadi untuk biaya pendidikan tergolong murah. Plus biaya asrama juga
murah. Terakhir membayar SPP tahun lalu sekitar 1 juta seratus ribuan. Untuk
anak yang tinggal diluar kota, saya kira biaya seperti itu tergolong murah.
Meski
murah namun bukan berarti pendidikan yang didapat asal-asalan, murahan. Tidak.
Di sekolah terbagi dalam beberapa kelas yaitu kelas reguler, kelas olimpiade
dan kelas 4 semester. Untuk tahun ini saya kurang update apakah masih ada kelas
4 semester atau tidak.
Saya
mau cerita sedikit tentang kelas 4 semester yang diikuti si sulung. Ketika sudah
diterima di sekolah belum ada gambaran mau masuk kelas apa. Yang pasti kelas
IPA. Di tes masuk selama 2 hari berturut-turut itu sudah lolos.
Di
minggu pertama masuk sekolah itulah ada info tentang kelas lainnya. Karena
penasaran dan tertantang dengan adanya kelas 4 semester, anak saya mendaftar
bersama teman-temannya. Ada tesnya, termasuk tes IQ. Ndilalah lolos. Kabar tentang kelas 4 semester entah kapan baru
saya terima. Memang komunikasi saya dengan dia agak susah disini.
Selama
2 tahun itulah anak-anak berada di kelas 4 semester, berjuang untuk prestasi
akademik. Jujur saja, disini yang ditekankan adalah nilai akademik dan cocok
buat anak-anak yang memiliki kecenderungan di akademiknya. Anak-anak yang
merasa butuh tantangan untuk memecahkan soal-soal yang berhubungan dengan
pelajaran sekolah. Saya hanya membahas ini saja, ya.
Pelajaran di kelas 4
semester
Setelah
fix masuk kelas 4 semester, ada pemberitahuan bahwa orang tua diharapkan hadir
untuk membahas berbagai hal. Sayapun hadir dalam rapat kecil ini. Dari sini
saya tahu bahwa pelajaran di kelas ini sebenarnya tidak jauh berbeda dari pelajaran di
kelas reguler. Hanya saja di kelas X itu anak-anak belajar pelajaran kelas X dan
XI yang sudah dipadatkan.
Setiap
awal semester dalam rapat dengan kepala sekolah selalu menekankan target yang
harus dicapai di setiap jenjang. Untuk target di kelas 4 semester jelas berbeda
dengan kelas reguler. Target dari sekolah lebih tinggi.
Anak-anak diharapkan untuk mampu menjaga kesehatan Karena kalau tidak masuk sekolah sehari saja, mereka akan rugi. Nah, di awal masuk sekolah itulah, anak-anak dari luar kota harus bisa beradaptasi dengan kota Malang, dan sekolah. Masalah adaptasi ini bisa berbeda-beda. Anak saya selama 6 bulan pertama "rajin" sakit.
Anak-anak diharapkan untuk mampu menjaga kesehatan Karena kalau tidak masuk sekolah sehari saja, mereka akan rugi. Nah, di awal masuk sekolah itulah, anak-anak dari luar kota harus bisa beradaptasi dengan kota Malang, dan sekolah. Masalah adaptasi ini bisa berbeda-beda. Anak saya selama 6 bulan pertama "rajin" sakit.
Untung rugi di kelas 4
semester
Untung:
Jangka
waktu untuk menyelesaikan jenjang sekolah menengah atas bisa ditempuh selama 2
tahun. Selama itu harus lulus dengan nilai sesuai dengan target sekolah. Kalau
anak-anak mengatakan, susah senang bersama-sama. Ya iyalah, selama 2 tahun
sekelas pasti akrab juga.
Karena
hanya 2 tahun sekolah, maka anak-anak bisa masuk kuliah lebih muda. Kalau usia
standar masuk kuliah 18 tahun, minimal anak-anak 4 semester ini masuk kuliah
usia 17 tahun. Bahkan ada yang belum genap 17 tahun.
Rugi:
Saya
melihatnya kok seperti diuber-uber dengan tugas dan target. Sampai wali
kelasnya ada yang mengatakan, “Anak-anak itu sebelum nilai ujian keluar, sudah
minta remidi.”
Waktu
yang ada hanya untuk belajar pelajaran sekolah. Sebenarnya boleh ikut
ekstrakurikuler apa saja, namun karena tugas dan target yang harus dipenuhi,
anak-anak akhirnya keteteran. Kecuali anak-anak yang tidak di asrama.
Anak-anak
yang tinggal di asrama memiliki jadwal lagi. Setelah sekolah sampai sore,
maghrib harus sholat di masjid disusul dengan kegiatan agama, dst. Praktis
waktu yang tersisa untuk istirahat dan mengerjakan tugas (jika ada).
Sebenarnya
anak saya ikut beberapa pelajaran ekstra (yang tidak wajib). Sudah membeli
modul-modul untuk belajar. Senang juga, karena merasa di kota besar ada banyak
pilihan. Mencari ilmu gampang dengan ikut berbagai kegiatan. Sayangnya hanya
bisa bertahan 2 atau 3 bulan saja. Kadang karena waktunya bertabrakan dengan
kegiatan sekolah akhirnya memilih untuk melupakan ekstra.
Untuk pelajaran tertentu (belajar kitab kuning) bahkan dilarang. Maksudnya karena anak-anak dikelas ini bakal keteteran kalau bergabung di kelas tersebut. Nah, demi kebaikan bersama, anak-anak kelas 4 semester dilarang mengikuti kegiatan selain akademik.
Bagaimana jika tidak
bisa bertahan di kelas 4 semester?
Sesuai
dengan kesepakatan, anak-anak yang masuk kelas 4 semester ini sadar dengan
segala konsekuensi. Segala keputusan ada resikonya. Ada cita-cita ada
pengorbanannya. Termasuk mengorbankan waktu untuk mengejar nilai akademik.
Jika
dalam kurun waktu satu tahun, target dari sekolah tidak terpenuhi maka
anak-anak di kelas 4 semester akan pindah ke kelas reguler. Atau karena satu
dan lain hal merasa kesulitan beradaptasi dengan sistem pendidikan disini, bisa
mengundurkan diri. Ada kok, yang seperti ini. Apalagi jika anak merasa terkuras
pikiran dan tenaga sehingga mengakibatkan kelelahan dan sakit. Ini disarankan
untuk segera mengambil tindakan saja.
Well,
setelah beberapa bulan di kelas 4 semester itu saya tanya anak saya apakah dia
bisa bertahan. Katanya, “iya”. Lanjut saja. Bismillah. Segala usaha tak
sia-sia.
Ternyata
tidak seseram yang saya bayangkan. Anak-anak masih memiliki waktu untuk bermain
di lapangan dan di hari Minggu masih bisa jalan-jalan di sekitar sekolah dengan
ijin dari petugas dan membawa kartu ijin. Anak saya juga masih bisa menikmati
hobi membacanya. Bahkan dia bisa pinjam buku bacaan milik teman-temannya.
Lumayan ngirit, karena saya tidak membelikan banyak buku lagi.
Anak-anak
di kelas 4 semester juga bisa berprestasi dengan mengikuti beberapa event
olimpiade. Meski kadang saya juga heran, kapan anak-anak ini mempersiapkan diri
menghadapi lomba. Bukankah waktunya sudah banyak dihabiskan di sekolah.
Apapun
pilihannya, masuk kelas 4 semester membuat orang tua maupun anak harus bisa legowo. Fokus pada
satu bidang saja. Sementara kalau disana banyak banget yang bisa dipelajari.
Masih ingin ini itu. Namun sekali lagi, semua itu harus ada prioritas. Semua pilihan
pasti ada resikonya. Alhamdulillah lancar hingga wisuda dan lulus. Sst...sekarang anaknya sudah kuliah.
^_^
Good luck untuk anaknya ya, Mbak. Semoga sukses. Apapun pilihan, pasti ada suka dukanya. Ntar kuliah, lulus 3,5 tahun atau 4,5 tahun, ada untung ruginya juga. (Lulus lebih lama bisa berarti lebih banyak rekanan bisnis pas nanti kerja karena bisa ikut lebih banyak kegiatan ekstra.) Sama saja.
BalasHapusSemangat mba semoga anaknya sehat selalu ku jadi deg2an bacanya heheu lebih baik masuk kuliah dini daripada sekolah sd dini kali yah, makasih infonya
BalasHapusSama seperti mbk sandra, aku juga jadi deg2an baca tulisan dikau ini mbk. khawatir terutama soal kesehatannya ya mbk. Btw selamat buat si sulung. Tangguh bener. Salut
BalasHapusKeren mba anaknya bisa masuk kelas akselerasi. Pastinya hanya siswa2 tertentu yang bisa demikian
BalasHapusgitu ya kalau aku malah nyuruh anak2 di kelas baisa saja biar bisa melakukan kegiatan yang mereka sukai tanpa dibebani pelajaran yang berat.
BalasHapusDi Bogor pernah ada kelas ini, tapi sekarang dihapus. Murid private saya pernah masuk kelas ini. Saya sampek nggak kebayang dengan belajarnya. Bahkan ada yang bilang, masuk kelas akselerasi mengurangi bahagia saat remaja. Hahaha
BalasHapuszamanku sih blm ada kls akselerasi ini. baru ada pas zaman adekku yg hanya beda 5 thn ama aku. dia termasuk yg ikut kls begini. tapi aku ga tau apa dulu sistemnya sama aja ato ga. berat sih bagi yg ga mampu mengikuti. tp kalo yg memang suka belajar, kurasa bakal mamou aja mengikuti klsnya. anakku nanti terserah aja mau ikut kls yg gmn kalo udh smu nanti :). aku sendiri kalo ditanya,kayaknya ga bakal mampu sih ikut kls begini :p.hahahahah dasar otak ga pinter2 amat
BalasHapusWah, akselarasi memang untuk anak2 yang terpilih, mengorbankan waktu bermain untuk belajar.
BalasHapusWah keren mbak. Kalau aku akselerasi alami dari SD masuknya umur 5 th itupun jadul tahun 92 jadi masih boleh hehee.
BalasHapusWah selamat2
BalasHapus