Nikmatnya Sarapan Serabi, Jajanan Tradisional di Tuban
Jumat, 26 April 2019
17 Komentar
Serabi
merupakan jajanan tradisional yang berbahan dasar tepung beras dengan kuah
santan yang encer. Di Tuban kue serabi ini disebut srabeh. Medok Jawa, banget. Penjual
serabi tidak memiliki warung khusus seperti warung makan. Rata-rata penjual
serabi menjajakan kue ini di tepi jalan raya dan gang dan sudah bertahun-tahun
disana.
Secara
umum, kue serabi rasanya sama saja di sini. Gurih. Hanya tekstur yang
membedakan satu penjual dengan penjual yang lain. Ada yang empuk dan ada yang
kurang.
Pagi
itu saya ingin mencicipi serabi di dekat stasiun. Pukul 05.30 saya bersama
suami dan si bungsu datang ke lokasi. Ternyata sudah banyak yang mengantre.
Aduh, kalau masalah antrean panjang, pasti bikin bete. Tapi karena sudah niat
pengen membeli serabi, saya pura-pura tidak melihat orang-orang yang duduk di
sekeliling bakulnya.
“Buk,
serabi 5, ya,” pinta saya kepada ibu penjual serabi. Eh, si ibu yang memasak
kue serabi ini sangat fokus dengan aktivitas mengaduk adonan, menuang ke
tungku, membuka tutup tungku, melihat adonan yang sudah matang dan
mengambilnya. Kemudian menaruh serabi yang masih panas ini ke tampah yang sudah
dilapisi daun pisang.
Dibantu
seorang wanita, proses melayani pelanggan menjadi cepat. Dengan gesit, mbaknya
menyiapkan kuah santan ke dalam plastik kecil dan mengikatnya erat-erat.
Setelah banyak kuah santan yang dibungkus, kemudian bertanya pesanan saya. Saya
ulangi lagi pesanan serabi sejumlah 5 tangkup.
Satu
serabi itu maksudnya satu tangkup yang berisi dua lembar kue serabi berukuran
sedang dengan satu bungkus kuah santan. Satu tangkup serabi sama seperti makan
nasi. Lha, bahan dasarnya tepung beras. Jadi sama-sama bikin kenyang maksimal.
Oh
ya, kalau kesini jangan tertipu dengan ramainya pembeli. Karena setelah saya memesan,
langsung dilayani. Masih menunggu membungkus pesanan orang. Tapi tidak lama.
Aktivitas
membuat serabi itu dilakukan terus-menerus tanpa jeda. Baik ketika ada yang
memesan serabi ataupun tidak. Kalaupun sedang tak ada yang mengantre, artinya
kue serabi sudah siap dibungkus begitu ada yang memesan.
Ramainya
orang di sini karena memang mengantre serabi dan makan ketan. Kalau bapak-bapak
suka jagongan makan ketan sambil
ngopi di meja panjang sebelah. Sementara yang mengantre serabi ada di depan dan
samping penjual serabi.
Sambil
menunggu pesanan, pembeli duduk di bangku panjang dekat penjual serabi. Asap
dari kayu bakar mengepul dan menyisakan aromanya. Kayu-kayu yang sudah menghitam
dan memedek karena terbakar diganti dengan kayu yang baru. Begitu seterusnya
sehingga api terus menyala dan serabi demi serabi matang sempurna.
Harga Serabi Murah
Untuk
5 tangkup serabi saya hanya membayar Rp 20.000. Cukup murah bukan?
Rata-rata
orang membeli serabi dalam jumlah banyak. Minimal satu tangkup yang berisi dua
lembar serabi. Terbayang lezatnya!
Makan serabi, jajanan tradisional yang mengenyangkan
Meski semakin banyak kehadiran serabi dengan semua variasinya, serabi di stasiun ini tetap mempertahankan proses pembuatan dan cita rasanya. Dari dulu selalu begini dan tentu saja tak ada yang protes. Orang yang membeli serabi dengan penuh kesadaran mencari jajanan tradisional ini. Yang jadul tetap mendapat tempat di hari para pelanggannya.
Serabi
disini rasanya yang gurih saja. Serabinya gurih ditambah kuah santan yang gurih. Tekstur
serabi empuk. Sebaiknya dinikmati ketika serabi masih hangat. Begitu kuah
santan dituruh ke kue serabi, harus segera dimakan. Jangan ditunda lagi. Karena
kue serabi akan menyesap kuah santan hingga habis. Akibatnya, tenggorokan
terasa seret ketika makan. Jadi tidak
selera lagi.
Makan
serabi harus cepat. Meski langsung dimakan, namun kuah santan tetap saja akan
menyusut karena terserap ke kue serabi. Apalagi serabi ini ukurannya lumayan
besar. Kalau saya, makan satu lembar serabi saja sudah kenyang.
Berbeda
dengan suami saya yang suka serabi. Sekali makan satu tangkup. Ini kenyangnya
dobel. Tapi tak lama kemudian perut kita sudah memberontak, minta diisi.
Buat
yang pengen sarapan serabi, siap-siap datang setelah shubuh sampai sekitar
pukul 06.00. Kue serabi biasa dijual pagi hari, cocok buat sarapan selain nasi.
Mirip warung nasi pecel yang buka pagi dan hanya berlangsung beberapa jam saja
kemudian bubar. Untuk membuka warung hanya perlu menggelar peratalan memasak
serabi. Setelah selesai, barang-barang tersebut dibereskan tak bersisa.
Lokasi Serabi Stasiun
Tidak
ada papan nama, tidak ada petunjuk lokasi serabi. Namun kita bisa menemukannya
dengan mudah. Lokasi serabi ini dekat dengan jalan Lukman Hakim Tuban. Masuk
gang Ikhlas, desa Kebonsari kabupaten Tuban.
Kalau
orang menyebut serabi di stasiun karena memang lokasinya di bekas rel kereta
api, dekat stasiun. Sepanjang jalan ini ada rel kereta api yang sudah berubah
menjadi rumah-rumah warga dan tempat usaha.
^_^
Murah banget harga serabinya kak. Dari dulu, aku suka banget sama Serabi ini. Jadi teringat kalau di rumah ada yang ga habis makan serabi, aku yang habiskan. Hahaha
BalasHapusSerabi salah satu jajanan favorit ku mba. Apalagi serabi yang campur kuah manis hhmmm endeuuss
BalasHapusWah, nampak enak! Tapi pasti enaknya kalau dimakan panas-panas.
BalasHapusWaduuh jadi keinget jamanku cilil sering nongkrong di dagang surabi. Wkwkwk. Kalo di Lombok surabinya kecil-kecil, mbak. Beda sama di Jawa. Hhi
BalasHapusIya memang sekarang banyak inovasi makanan. Termasuk untuk serabi juga. Tapi tetep yang tradisional dan yang original lah yang JUARA!
BalasHapusSurabi sih aku nyebutnya, dimakan pake madu enak banget loh bu :)
BalasHapusJadi ngiler mbaaaa,
BalasHapusPerasaan saya seumur-umur makan serabi baru sekali deh, yang serabi Banyumas ya kalau gak salah.
Jadi pengen jalan2 ke Tuban, mau kulineran juga hahaha
Itu cara masaknya juga masih manual banget ya, biasanya yang manual gitu bakalan lebih enak deh :)
Kapan kapan mau datang kesana ahh.. Medang, Mangan serabeh kemudian Jagongan dengan bapak bapak sambil melihat orang antri beli serabi.. wah kayaknya makjoss mantap makjleb mengkurep ini... Hek Hek Hek
BalasHapusMaaaau mbaaak, kangeen makan serabii. Muraah jugaa harganya, sangat ramah di kantong. Wajiib makan ini nanti kalau pas pulang kampung hehehe
BalasHapusSayangnya .. dikotaku penjual serabi dengan ciri khas seperti di Tuban ini udah ngga ada.
BalasHapusDulu aku kecil, masih ada tuh kak penjual serabi gunain anglo kecil dan serabi satu persatu dimasak.
Pembeli harus sabar menunggu serabi masak.
Kalo di Bandung namanya Surabi dan enak banget rasa oncom heheu
BalasHapusAku kangen makan serabi begini. Tapi yang pernah aku makan ukurannya lebih kecil. Makannya sama kuah gula jawa-santen. Duh, pengen. Sekarang susah banget nyarinya.
BalasHapusDuh jadi pengen serabi, apalagi kuah gula merah yang manis, dimana ya belinya..hihi..
BalasHapusSurabi itu istilah nama di Sunda. Dulu saat masih kecil, surabi jaman saya seperti itu makan dan penyajiannya. Kini sudah lebih modern, surabi disajikan di tempat sejenis kafe, dengan toping yang kekinian, bukan cuma oncom dan kuah kinca saja.
BalasHapusSrabeh. Klo di Toba namanya Panukkup mba. Berasal dari kata Pancake. Hahaha
BalasHapusBahannya sama: tepung beras pake santan. Cuma klo panukkup dikasih gula dan air nira sedikit supaya lbh ngembang, empuk dan wangi. Saya suka ini.
Hampir aku cerewetin mbak yg langsung serobot mesan padahal ramai. Rupanya langsung ditangani ya.. hahaha
Serabi. Suka makanannya enak ringan pokoknya wawww
BalasHapusAlhamdulillah sampai saat ini serabih ini masih ada...
BalasHapusKhusus bulan ramadhan pasti libur...
Biasanya buka lagi H+2 setelah lebaran...
Jadi kangen rumah...
Lebih dari 20th serabih ini sudah ada disana...
Terima kasih mbak Nur Rochma sudah berbagi article ini..