Blusukan ke Pasar Jongke Demi Oleh-Oleh Solo yang Murah
Rabu, 14 Agustus 2019
3 Komentar
Saya
itu “buta” peta Solo, namun terselamatkan oleh google maps. Satu lagi
tersesatkan juga. Malam hari saya sudah googling lokasi Pasar Jongke sesuai
rekomendasi teman dunia maya. Ternyata tidak jauh dari tempat saya menginap.
Seingat saya jarak tempuh sekitar 3,5 km. Saya jadi semangat berburu oleh-oleh
dari Solo. Minimal ada snack untuk orang tua dan mertua.
Baca juga Menginap di Lor in Solo Hotel.
Pagi itu hari terakhir saya di Solo. Tidak banyak waktu yang tersisa. Walaupun masih ingin pergi kesana-kemari, tetap saja saya memikirkan waktu. Rencana-rencana hanya akan menjadi butiran kenangan karena tak kunjung terlaksana.
Pagi itu hari terakhir saya di Solo. Tidak banyak waktu yang tersisa. Walaupun masih ingin pergi kesana-kemari, tetap saja saya memikirkan waktu. Rencana-rencana hanya akan menjadi butiran kenangan karena tak kunjung terlaksana.
Buru-buru
saya buka maps. Tapi...kenapa jadi berkilo-kilo di pagi hari? Salah jalan, yes!
Dinikmati saja, biar saya melihat kampung-kampung di sana.
Pasar
Jongke ini tidak terlalu luas dan tidak ramai banget. Ramainya masih
wajar. Entah karena saya datang bukan di
jam ramai atau sehari-hari seperti ini. Jadi, cocok buat orang-orang yang tak
memiliki waktu lama untuk keliling pasar.
Tempat
parkir mobil juga gampang, yaitu di tepi jalan raya. Ada bapak tukang parkir
yang sigap membantu mengarahkan mobil. Sebenarnya agak kebablasan sih. Karena
saya maupun suami tidak tahu tempat parkirnya. Jalan saja sampai di Pasar
Jongke, ndilalah disuruh mundur oleh
si bapak tukang parkir.
Snack murah di Pasar
Jongke
Baca juga 3 Tempat Wisata Keren dan Murah di Kemuning.
Tiba di Pasar Jongke pukul 08.00. pasar sudah ramai. Saya makin bingung, dimana kios yang menjual aneka snack dari Solo. Mestinya mudah saya temukan. Tapi ini benar-benar pasar. Iya, saya berada di pasar pada umumnya. Mulai dari penjual sayur, buah, ikan, makanan tumplek di pasar.
Tiba di Pasar Jongke pukul 08.00. pasar sudah ramai. Saya makin bingung, dimana kios yang menjual aneka snack dari Solo. Mestinya mudah saya temukan. Tapi ini benar-benar pasar. Iya, saya berada di pasar pada umumnya. Mulai dari penjual sayur, buah, ikan, makanan tumplek di pasar.
Saya
melihat wajah-wajah kalem orang Solo. Tidak ada yang grusa-grusu maupun
teriakan-teriakan kencang seperti orang pesisir. Bahkan ketika saya cuma bertanya saja dan tidak
membeli, bakulnya selow banget.
Saya
berjalan di depan kios-kios yang menghadap ke jalan raya. Sebagian besar masih
tutup. Ada juga baru buka. Sementara bakul-bakul makanan sepertinya sudah biasa
menggelar dagangan di pagi hari. Sudah ada pembeli juga.
Akhirnya
saya masuk ke dalam pasar, masuk ke area parkir, lalu masuk lagi ke pasar.
Awalnya saya secara random saja mendekati seorang ibu yang berjualan snack.
Saya bertanya harga makanan yang sudah dikemas ukuran kecil dan besar. Ternyata
murah-murah.
Tanpa
berpikir panjang, saya langsung saja memilih snack yang sekiranya cocok untuk
dibawa pulang. masalahnya, saya kok lupa tidak minta tester. Kadang di kios
snack menyediakan tester untuk calon pembeli. Tujuannya agar tertarik dengan
dagangan.
Diantara
tumpukan snack, saya pilah mana yang sekiranya cocok untuk lidah kerabat.
Maklum saja, orang Jawa Timur itu lebih suka makanan asin (gurih) daripada
manis. Sementara disini berlimpah makanan manis. Tapi tak akan masalah karena
secara umum snacknya juga mirip-mirip atau bahkan ada yang dijual di daerah
saya.
Di
kios ini saya diberi bonus, satu bungkus snack. Si ibu menawarkan intip ukuran
besar. Namun saya mencari yang ukuran kecil karena kalau besar bakal remuk di
jalan. Karena tidak ada yang kecil saya tinggal saja. saya mencari di dua
tempat lainnya, ternyata tidak ada juga.
Tips membeli snack
murah di Pasar Jongke
Kalau
snack di dalam pasar ini rata-rata sama. Para penjual sepertinya kulak di
tempat sama. Harga yang ditawarkan mulai Rp 5.000 per bungkus sampai Rp 10.000.
Karena snacknya dikemas sendiri, yang artinya tidak ada tanggal kadaluwarsa, kita kudu hati-hati.
Tapi ini bisa disiasati dengan kejujuran si penjual. Jika si penjual jujur,
akan memudahkan pembeli untuk memutuskan membeli atau tidak. Namun, kita juga
bisa mengecek untuk memastikan makanan masih layak atau tidak dengan sedikit
menekannya. Kalau keras artinya masih baru. Kalau lembek dan melempem,
sebaliknya jangan dibeli.
Ada yang menarik di
Pasar Jongke
Nah,
menjelang pulang ini mata saya tertarik dengan ibu bakul yang menggelar
dagangan di lantai pasar. Ada asem yang warnanya cokelat, cocok untuk memasak
sayur dan membuat minuman segar. Saya suka yang masih berwarna cokelat karena
tandanya masih baru. Aji mumpung berlaku disini. Saya membeli sebungkus asem
matang seharga Rp 5.000. Ini murah banget daripada saya membeli di pasar di
kota saya.
Selain
asem saya membeli lento. Sependek yang saya tahu, lento ini sering dipakai
untuk tahu campur Surabaya. Lento terbuat dari kedelai yang dicampur dengan
bumbu dan tepung. Di daerah saya, lento cukup keras saat digigit. Ini berbeda
dengan lento di Pasar Jongke. Lento ditaruh di tampah yang dialasi plastik dan kertas.
Pembeli
bisa membeli berapapun. Misalnya, Rp 2.000, tetap dilayani. Lha ini di pasar jadi murah dong. Akhirnya saya
mengambil dua lembar uang Rp 2.000 untuk membeli lento. Penjual langsung
memasukkan ke dalam plastik bening. Kata si bakul, lentonya bisa bertahan
sampai besok. Awalnya saya agak ragu. Tapi karena penasaran, saya beli cuma sedikit. Tombo pengen saja sih. Tapi yang namanya gorengan, jika berubah
rasa, tidak bisa dikonsumsi lagi. Saya bawa lento dalam perjalanan pulang siang hari Sampai melempem karena cuma ditaruh di plastik. Tapi rasa tempenya masih gurih dan enak. Masih sisa beberapa biji di dalam tas.
Ceritanya lupa menghabiskan. Besoknya saya goreng lagi, dan saya merasa kangen
lento.
Dari
berburu oleh-oleh, saya jadi belanja lain-lain. Sampai membeli semangka seiris
seharga Rp 10.000 untuk dimakan ramai-ramai di hotel. Dari blusukan ke pasar
tradisional saya jadi tahu seperti apa suasananya.
Nah,
bila tak mau masuk pasar, kita bisa memilih kios di depan pasar. Jenis snack
sebagian besar sama seperti di dalam pasar. Namun ada juga beberapa yang
berbeda. Kalau disini, kita makanan akan ditimbang dulu baru dikemas. Pembelian
minimal 1 ons.
Belanja
di Pasar Jongke ini cocok jika dana kita terbatas sementara keinginan kita
banyak. Pengen membeli ini itu tapi takut kemahalan. Sebagai contoh dengan uang
Rp 100.000, saya yakin bisa membeli satu kresek ukuran besar snack, bahkan
lebih. Tergantung pilihan kita. Jika memilih snack seperti semacam kerupuk
(gorengan) bisa dua kresek. Namun jika memilih snack seharga sepuluh ribuan ya
dapat sepuluh bungkus, kira-kira satu kresek. Lumayan juga sih buat icip-icip
tetangga atau kerabat.
Orang
membeli oleh-oleh tidak harus mahal kan? Sesuaikan dengan budget saja agar
tidak kecewa setelah piknik. Bagaimana teman-teman? Tertarik membeli oleh-oleh
lokal? Coba deh blusukan di pasar tradisional, dan dapatkan barang dengan harga
murah.
Happy
shopping!
^_^
Saya baru tahu ada panganan yang namanya lento. Padanan bahasa indonesianya apa ya? Atau makanan domestik yang tidak ditemukan di selain tempat itu? Hmmm... menarik.
BalasHapusApa ya .... Maaf aku belum menemukan padanan kata lento.
Hapuswah jadi referensi kalau saya ke solo lagi. Pernah sekali ke Solo, dan pengin ke sana suatu hari nanti.
BalasHapus