Mendung di Pantai Pulau Merah, Banyuwangi


pantai pulau merah


Halo teman-teman!

Tulisan saya masih seputar wisata di Banyuwangi yang saya kunjung selama libur lebaran. Ada banyak tempat yang layak dikunjungi bersama keluarga. Pantai Pulau Merah saya pilih karena lokasinya mudah dijangkau dengan mobil travel (karena saya tidak membawa kendaraan selama di Banyuwangi, solusinya adalah dengan menyewa) dan ramah anak. Satu jalur dengan Pantai Teluk Hijau. Jadi sekali jalan bisa dapat dua tempat. Mungkin kalau lebih pagi dan dalam kondisi fit bisa lebih dari dua tempat.


Setelah berkunjung ke Pantai Teluk Hijau dan makan siang di Rumah Makan Beteng Arum, kami melanjutkan perjalanan ke Pantai Pulau Merah. Yang saya suka dari perjalanan ini adalah karena kami melewati kebun kopi dan cokelat lagi. Tapi tetap tidak ada sesi foto-foto karena takut kemalaman di jalan.

Pantai Pulau Merah merupakan destinasi wisata di ujung selatan Banyuwangi. Pantai sepanjang 3 km ini memiliki pasir putih dan ombak yang tinggi, cocok untuk surfing. Sementara di seberang pantai mata kita bakal dimanjakan dengan deretan pulau kecil. 

Nama Pantai Pulau Merah berasal dari bukit kecil yang ada di tengah laut. Bukit di pulau ini memiliki tanah berwarna merah. Namun warna merah itu tidak begitu terlihat karena tertutup oleh rimbunnya pohon. Selain itu, pantai ini terlihat merah terkena pantulan sinar matahari ketika sore hari. Sayang hari itu sedang mendung jadi warna merah yang saya harapkan tidak terjadi


pulau merah

Di depan lokasi Pantai Pulau Merah ini banyak guesthouse. Sepertinya memang penduduk lokal memanfaatkan rumah-rumahnya untuk disewakan kepada wisatawan. Ada yang memang senagaja membangun guesthouse. Kemudian ada satu swalayan disini.

Buat info saja, di Banyuwangi itu tidak banyak minimarket seperti yang kita kenal (tidak perlu disebut nama, ya). Kalau menurut si mas sopir, satu kecamatan hanya boleh mendirikan dua minimarket. Makanya sepanjang jalan saya jarang menemukan. Selama ini kita mengenal dua minimarket. Jadi total ada 4 minimarket yang boleh berdiri. Lainnya adalah usaha milik penduduk lokal. SALUT!

Memasuki lokasi Pantai Pulau Merah, wow banget. Karena masih musim liburan, parkiran penuh kendaraan. Di dekatnya banyak warung, toko baju dan toilet umum yang semuanya dikelola warga.

denah lokasi


Karena cuaca masih mendung, rasanya pengen ke toilet saja. Dingin. Maka saya mencari toilet terdekat. Kondisi toilet kurang bersih. Jangan membayangkan toilet di hotel. Jauh banget. Ini karena terpaksa saja maka saya masuk toilet. Kalau menunggu pulang, aduh lamanya... Bisa kena anyang-anyang nanti.

Setelah urusan toilet selesai, saya kembali berburu baju. Pada tulisan sebelumnya saya menceritakan bahwa baju kami basah kena air laut, dan kotor karena pasirnya. Yang paling parah adalah si bungsu dan si tengah. Rasanya tidak tega meminta mereka bertahan dengan baju yang dipakai. Sementara kami tidak membawa baju ganti.

Disini banyak toko baju. Bukan saja baju yang bertuliskan Pantai Pulau Merah, namun sembarang baju. Mulai dari celana pendek, panjang, rok, gamis, baju anak. Jadi lengkap deh. Cuma ya secara kualitas seperti oleh-oleh baju di tempat wisata pada umumnya. Harga sesuai dengan kualitas, bukan.

toko baju


Membeli baju disini tidak boleh ditawar. Beruntungnya harga tidak mahal banget. Saya membeli celana pendek untuk si bungsu Rp 20.000. Yang gedhe sedikit lagi buat kakaknya Rp 30.00. Sementara saya mau ganti legging, dapat yang pas dengan harga Rp 45.000.

Rok saya tipis dan basah. Saya biarkan saja. Paling nanti kena angin bisa sedikit kering. Hanya ganti legging saja biar nyaman main di pantai lagi. Ya sudah sekalian saja ganti di tokonya. Ada kamar pas di pojokan yang ditutup dengan kain. Darurat!

Kok ya tidak bosan, habis main ke pantai sekarang ke pantai lagi? Begitulah. Pantai di Banyuwangi unik, tidak membosankan buat kami.

bermain pasir


Sejujurnya, pantai disini berbeda banget dengan pantai yang pernah saya kunjungi. Ada pengalaman baru ketika saya berkunjung ke pantai. Pengalaman yang berbeda tentunya.

Dibandingkan dengan Pantai Teluk Hijau, Pantai Pulau Merah mungkin lebih pupuler dilihat dari banyaknya pengunjung. Semua pengunjung bebas bermain di pantai. Yang perlu diingat, disini ada batasan tempat bermain, yaitu bendera merah yang ditancapkan di batas pantai. Karena waktu itu gelombangnya cukup ganas, maka pihak pengelola berkali-kali mengingatkan para pengunjung agar mematuhi aturan ini. Semuanya demi keamanan dan kenyamanan kita.

Berbeda dengan orang-orang yang hendak surfing. Justru mencari gelombang tinggi ya. Jadi disini banyak bule yang surfing. Kalau cuma main-main tetap harus mematuhi batasan tempatnya. Tapi kalau surfing beda lagi.

surfing


Pandangan saya tertarik pada wisatawan lokal yang bercakap-cakap dengan dua orang bule. Buat apa ya? Buat foto bersama bule. Untuk sesi foto ini lama juga. Karena bukan saja satu orang yang ingin foto bersama bule, namun banyak. Itupun tidak sekaligus cekrek.

Selesai foto-foto dua bule yang ada di depan saya langsung memilih tempat lain dan bersiap untuk surfing. Nah, disini ada menara untuk memantau para pengunjung. Demi keamanan kita juga ya.

Melihat pantai dengan pasir yang bersih membuat anak-anak maupun orang dewasa rela bermain kotor. Ah, pasir putih selalu menarik. Anak-anak saya karena tadi sudah bermain di pantai, rasanya tak perlu lagi mengotori baju. Tidak ada ganti. Masak mau beli lagi, sih!

bendera merah
Bendera sebagai batas pengunjung.


Faktanya mereka masih bermain dengan kedua kakinya. Menendang pasir hingga mengenai baju. Yang begini ini berulang saja. Sampai si bungsu merendam kaki dengan pasir. Sepertinya ini adalah kesempatan yang tak bisa disia-siakan.

Saya masih berdiri memandang laut yang luas. Ada pulau yang selalu menjadi ikon Pantai Pulau Merah. Pulau kecil ini rimbun oleh pohon-pohon. Ada sedikit celah yang menampakkan tanah merah. Jadi kalau kita googling Pantai Pulau Merah, maka yang sering muncul adalah pantai dengan tempat duduk dan payung warna merah (padahal ada banyak warna lain loh) dengan latar sebuah pulau diseberang laut.

Lokasi di Pantai Pulau Merah ini luas. Kami tidak menyusiri pantai. Karena garis pantai dapat terlihat dalam satu tempat. Sejauh mata memandang adalah orang-orang yang ingin menikmati suasana pantai. Entah dengan membawa keluarga atau temannya. Sementara anak-anak kecil banyak yang bermain pasir, membuat bangunan atau bermain layang-layang. Oh ya, layang-layang bisa dibeli di lokasi. Ada penjual yang keliling menawarkan layang-layang.

bermain air laut


Sementara itu ada juga anak yang bermain air di tepi pantai. Padahal pihak pengelola sudah berkali-kali memberikan peringatan terkait gelombang yang besar. Iya, sih ada orang dewasa di dekatnya. Tapi peringatan dibuat sebagai sarana pencegahan dari petaka.

Capek berdiri, saya mundur. Ada deretan tempat duduk di pantai. langsung saja, saya duduk dengan damai. Anak-anak ikut duduk. Tapi suami mengingatkan, “Pasti disuruh bayar loh.”

Saya duduk saja, sambil membuka snack. Tak lama kemudian ada seorang laki-laki mendekati kami. Setelah berbasa-basi sebentar, dia mengatakan bahwa tempat duduk ini per jam Rp 20.000. Kalau mau sampai pantai tutup (tutupnya tinggal sejam lebih) saya disuruh membayar Rp 30.000.

“Walah, mas, sejam aja,” kata saya sambil mengulurkan uang dua puluh ribu.

duduk santai di bawah payung merah


Selama duduk di kursi bawah payung ini, banyak pedagang asongan yang menawarkan dagangan. Ada rujak, bakso, minum, tahu, dsb. Atau kalau mau pesan pop mie, bisa dibawa kesini. Karena memang disini disediakan tempat untuk leyeh-leyeh sambil memandang pantai. Lalu disampingnya ada tempat sampah, baik yang berupa tempat sampah maupun kardus yang dijadikan tempat sampah.

Saya duduk sekitar setengah jam. Cuma ingin menginstirahatkan badan saja. Hari sudah sore. Saya mesti berhitung dengan waktu tempuh. Ada sekitar 2 jam untuk tiba kembali di hotel. Saya tidak perlu berlama-lama disini. Menunggu hingga pantai tutup? Jelas tidak!

Sebelum kembali ke parkiran, saya berjalan menyusuri pantai. Tidak jauh. Cuma ingin mendekati pulau di seberang. Saya tahu pulaunya masih jauh. Tapi kalau bergeser sedikit lumayan juga bisa lebih jelas bentuk pulaunya. Dilihat dari mana?

tempat selfie


Saya tiba di depan menara pemantau. Didekat lokasi banyak bule yang surfing. Ada juga spot buat foto. Kita bisa menyewa huruf-huruf yang dibentuk sesuai dengan keinginan kita lalu difoto.

Selesai bermain di pantai kami mampir lagi toilet buat membersihkan tangan dan kaki. Beruntung anak-anak tidak sampai parah main pasir. Mereka akhirnya sadar bahwa bermain pasir tetap memiliki resiko. Kotor, basah dan ganti baju bisa menjadi pertimbangan.

Note:

Sebaiknya membawa baju ganti
Pilih waktu pagi atau sore

papan surfing


Cara menjaga kebersihan pantai ala Pantai Pulau Merah

Selama disini, pengeras suara selalu memberikan peringatan kepada pengunjung. Jeda sebentar keluar peringatan lagi. Yang menarik, peringatannya juga ditujukan kepada semua orang yang bekerja di pantai yaitu para pedagang.

Ada himbauan untuk menjaga kebersihan. Jadi pengunjung dihimbau untuk membuang sampah pada tempatnya. Kemudian bagi pedagang, sebelum pulang harus mengambil sampah. Bahkan saya melihat si mas yang menawarkan kursi ini memungut sampah pengunjung yang berceceran.

Aduh, masalah sampah ini selalu saja membuat saya miris. Sampah itu bukan tanggung jawab pihak pengelola wisata, namun tanggung jawab kita semua. Sebagai pengunjung yang baik, hukumnya wajib menaati aturan di lokasi wisata. Termasuk untuk membuang sampah pada tempatnya. Katakanlah, jika pihak pengelola tidak memberikan peringatan secara terus menerus, ya tetap kan, sampah itu dibuang ditempatnya. Bukan seenaknya saja dilempar.



Tiket masuk:

Rp 5.000

Langit masih mendung. Kadang sedikit terang, tampak pulau-pulau kecil yang berderet. Begitu juga dengan satu pulau dengan tanah merahnya. 

Happy traveling!

^_^


Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

10 Komentar untuk "Mendung di Pantai Pulau Merah, Banyuwangi"

  1. Sampah tetap menjadi masalah disemua destinasi wisata ya mbak, sayang kalau pantai secantik pantai merah jadi kotor karena sampah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sampah menjadi masalah yang mesti diselesaikan

      Hapus
  2. Waah .. unik ya nama pantai di Banyuwangi.
    Kemarin pantai Teluk Hijau, sekarang pantai Pulau Merah.
    Keduanya memakai nama unsur warna.

    Semestinya semua pengunjung wajib mentaati peraturan di pantai, terutama jangan nekad melanggar batas keamanan yang ditetapkan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Peraturan dibuat demi keamanan dan kenyamanan bersama

      Hapus
    2. Betul.
      Cuman sayangnya, tak semua pengunjung bersedia mematuhi perauran dengan baik.

      Hapus
  3. Mendung tapi kemarau. Tapi baik. Daripada panas dan kemarau...

    BalasHapus
  4. Meskipun di blogpost ditulis "tanah merah di pulau tidak terlihat", tapi kalau pas lihat fotonya dengan jeli, keliatan kok mba. Ya, walaupun memang sedikit, karena tertutup sama rimbunnya pepohonan disana.

    Bagus banget kebijakan yang ada di Banyuwangi. Setiap kecamatan cuma boleh ada 2 minimarket yang populer itu. Jadi warung atau minimarket yang benar-benar dikelola oleh masyarakat lokal bakal tetep eksis dan berkembang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga dengan kebijakan tersebut semakin mendukung usaha lokal.

      Hapus
  5. Waini, rencana ke sana besok long weekend Bulan Agustus.. Semoga kesampaian.. hehe

    BalasHapus
Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel