Sumber Mata Air Krawak Bukan Sekedar Wisata Alam



air sungai krawak


Sumber mata air Krawak terletak di desa Guwoterus, kecamatan Montong Kabupaten Tuban. Lokasinya satu arah dengan air terjun Nglirip. Sebagai tempat wisata, sumber air Krawak ini kurang populer dibandingkan air terjun Nglirip. Namun beningnya sumber mata air Krawak ini mengalir hingga Nglirip.


Sumber mata air Krawak merupakan wisata alam yang berupa sumber mata air yang keluar melalui celah bebatuan di sungai Krawak yang berada di tengah hutan jati. Ini termasuk wilayah Perhutani. Tapi tenang, untuk menikmati beningnya sumber mata air Krawak sekarang makin mudah.

Minggu lalu, saya agak ragu ketika berhenti tepat di sebuah pos dengan jalan yang tertutup palang. Saya pikir ini adalah wilayah Perhutani bukan untuk umum. Ternyata memang masuk wilayah Perhutani dan dikelola sebagai obyek wisata. Setelah suami bertanya sebentar, kemudian memutuskan untuk mampir. Sejujurnya saya penasaran dengan foto-foto yang selama ini beredar di dunia maya. Apakah memang sebagus foto tersebut atau biasa saja. Hmmm... kita lihat yuk!

Masuk wilayak hutan jati dan memang seperti ini keadaannya, panas. Daun-daun berguguran bercampur dengan sampah makanan yang berserakan. Entahlah, mengapa tempat-tempat seperti ini menjadi area pembuangan sampah.


perhutani

Tempat ini sudah ada bangku dan meja untuk duduk santai. Beberapa bagian dipasang papan dengan tulisan warna-warni. Contohnya adalah Welcome Krawak to Spring Water Lestari Alamku. Saya sempat duduk dulu melihat suasana yang bisa dikatakan sepi pengunjung. Kok rasanya jauh dari kata dikelola, meski fasilitas untuk menuju obyek wisata sudah ada. Toilet sedang dibangun,  musholla ada disampingnya. Kemudian ada satu warung.

Selanjutnya saya berjalan menuju sumber mata air Krawak yang tak jauh dari tempat saya duduk. Sebuah mobil tangki sudah diparkir dengan selang menuju ke mata air Krawak. Kemudian air disedot hingga tangki penuh.

Saya merasa kesulitan mencari jalan ke sungai. Saya biarkan suami dan si bungsu berjalan diatas batu-batu sungai. Tak lama, saya melihat si bungsu sudah bermain air. Padahal tidak membawa baju ganti. Celana panjangnya dilepas, sementara dia nyemplung ke dalam bagian sungai yang dangkal. Anak saya ini memang senang banget kalau diajak ke tampat yang ada airnya. Semacam hobi bermain air.


bermain di sungai



Rasanya saya ingin segera pulang saja. Tapi dua orang itu masih asyik di sungai. Saya berdiri dibawah pohon rindang, mematung. Tak ada tempat untuk duduk kecuali berada di  tepi sungai, diataas batu-batu dan dekat warga. Sementara itu di dekat saya ada mobil pick up yang telah berisi jirigen-jirigen besar bersiap pergi. Disusul mobil tangki air.

Mendadak saya membayangkan air isi ulang yang saya pakai untuk memasak di rumah. Di daerah saya adalah daerah perkapuran. Jadi air dari sumur saja bisa mengandung endapan kapur, yang kalau bertahun-tahun bisa mengeras dan membentuk batu kecil. Orang zaman dalu memanfaatkan air sumur untuk memasak, namun dengan menyaringnya  dengan kain halus setelah dimasak. Memasak air bisa dua kali.

Makanya orang-orang lebih suka membeli air isi ulang karena kandungan airnya lebih bagus daripada disini. Tapi kalau melihat sendiri mobil tangki yang mengambil air dari sungai, mungkin persepsi kami tentang air jadi berbeda.

sungai


Di sungai ini seolah sudah ada pembagiannya. Sebagian dipakai anak-anak laki-laki untuk mandi, berenang, bermain air. Sebagian lagi digunakan warga untuk mencuci. Saya rasa ini bukan obyek wisata seperti dalam ekspektasi saya. Ini adalah fasilitas umum. Warga datang dan pergi memanfaatkan sumber mata air Krawak untuk memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan untuk mencuci baju dan hiburan.

Berbeda dengan orang-orang yang mengambil air untuk dijual. Ah, namanya juga usaha. Tapi bagaimana jika air isi ulang itu diambil dari sungai ini bercampur dengan air yang dipakai untuk  mencuci baju. Saya tidak mengambil moment untuk memotret mobil tangki ini karena ada poster besar sebuah partai di badan mobil. Lupakan saja...

Ada mbak-mbak yang berboncengan dengan sekeranjang baju kotor. Kemudian seorang suami yang mengantarkan istrinya untuk mencuci disini. Dan masih banyak warga yang mengambil tempat untuk membersihkan baju-baju mereka sambil bersenda-gurau.

air sungai jernih


Cara mencuci disini cukup sederhana. Tidak perlu memakai sikat. Baju dicelup ke air, dikasih detergent, dikucek-kucek dengan kedua tangan. Kemudian diangkat dan ditekan ke batu, diangkat lagi ditekan ke batu. Begitu seterusnya hingga dirasa cukup bersih..

Saya ingin memotret aktivitas warga disini dari jarak dekat. Cuma saya khawatir tidak pantas saja. Laki-laki yang berenang bertelanjang dada.  Anak-anak kecil masih memakai celana dalam dan melompat dari batu besar. Byurrr... Bahagia ketika tubuh anak-anak itu merasakan air. Syukurlah saya tidak menemukan yang nude. Suasana yang bergitu alami.

Kami satu-satunya pengunjung di sumber mata air krawak ini. Pengunjung dalam arti yang membayar tiket masuk dan berusaha menikmati setiap detik suasana alam. Tidak ada pengunjung lain yang mampir hingga saya pulang. Makanya mungkin kami terlihat asing dengan aktivitas warga.


musholla


Tiket masuk:

Rp 10.000

Dengan tiket masuk ini saya rasa lebih dari cukup untuk mengembangkan sumber mata air Krawak menjadi lebih baik lagi. Lalu bagaimana dengan warga yang biasa ke sungai untuk mencuci? Mungkin ada pembagian tempat atau solusi lainnya. Ah, saya jadi berandai-andai saja...

Happy traveling!

^_^
Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

1 Komentar untuk "Sumber Mata Air Krawak Bukan Sekedar Wisata Alam"

  1. Sumber Mata Airnya Jernih banget wenak, benar benar bisa refresh

    BalasHapus
Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel