Suka Duka Menjadi Koordinator Paguyuban Wali Murid
Selasa, 24 September 2019
8 Komentar
Assalamualaikum,
Dari
anak pertama saya pernah menjabat (MENJABAT?) sebagai ketua koordinator
paguyuban wali murid di kelasnya. Lanjut anak kedua di sekolah dasar yang sama,
sepertinya saya belum pernah menjabat pengurus apapun. lanjut lagi anak ketiga
di sekolah dasar yang sama. Saya beberapa kali menjadi bendahara dan tahun ini
menjadi ketua. Heran juga, mengapa ibu-ibu wali murid dan wali kelas suka
memilih saya? Mbok ya, yang lain biar tidak membosankan gitu!
Pada
saat pemilihan pengurus paguyuban orang tua siswa di kelas si bungsu, saya sudah
menolak. Saya jelas-jelas memiliki banyak kekurangan. Secara fisik saat ini
sangat jauh berbeda dengan tahun lalu. Ada masalah kesehatan yang cukup menggangggu sehingga membuat saya
tidak bisa bebas beraktivitas. Padahal, kalau sudah bersedia menjadi pengurus
harus siap dengan segala resiko seperti undangan rapat, mengurus kegiatan
anak-anak yang diserahkan kepada wali murid. Bahkan untuk urusan silaturahmi ke
wali murid dan guru dengan berbagai tujuan, membuat pengurus harus siaga.
Baca juga Paguyuban Wali Murid....
Baca juga Paguyuban Wali Murid....
Apa
tidak ada orang lain yang bisa menjadi pengurus, sampai saya yang mengemukakan
berbagai alasan ditolak, dirayu untuk bersedia. Jengkel sih, iya. Karena saya
sudah berkali-kali menjadi pengurus. Padahal jumlah siswa juga bertambah,
artinya jumlah wali murid demikian. Artinya lagi banyak kandidat. Tapi mbuhlah...akhirnya
saya menyerah dengan syarat, saya bersedia kalau ibu-ibu wali murid bersedia
membantu dan bekerjasama.
Semua
yang hadir di kelas mengatakan setuju. Bersedia kompak dan sebagainya. Bagaimana
kenyataannya? Nanti saya ceritakan...
Tugas koordinator
paguyuban wali murid
Secara
umum tugas koordinator paguyuban wali murid sebagai penyambung lidah guru
(sekolah) dan wali murid. Jika dari pihak sekolah ada kegiatan, info maka
sebagai koordinator/pengurus harus bisa menyampaikan dengan baik kepada wali
murid lainnya. Meski apapun infonya ada pengumuman resmi dari sekolah. Yang terpenting
adalah menjaga nama baik sekolah. Jangan sampai kalau ada yang ngomong di belakang,
justru saya ikut. Sebaliknya, para pengurus harus bisa menyampaikan kepada
sekolah, mencari jalan temu dan sama-sama menguntungkan.
Pada dasarnya tugasnya seperti ini:
Pada dasarnya tugasnya seperti ini:
- Siap mengambil keputusan beserta tanggung jawab dan resikonya
- Menjalin hubungan baik dengan pihak sekolah dan wali murid
- Siap menyukseskan program-program sekolah
Suka duka menjadi
koordinator paguyuban wali murid
Suka
- Rasanya seperti orang penting karena sering dicari wali murid dan wali kelas. Kadang guru-guru lain juga mencari keberadaan keoordinator kelas karena ada masalah yang perlu diselesaikan. (Kalau seperti ini seperti diuber-uber oleh kepentingan mereka)
- Lebih awal mendapat informasi dari sekolah. Informasi penting (bahkan yang masih wacanapun) biasanya langsung dibagikan di grup koordinator.
- Mengenal kepala sekolah hingga guru-guru di sekolah. Biasanya cukup mengenal kalau bapak A adalah kepala sekolah ketika berpapasan di sekolah dan mendengarkan ceramahnya. Sekarang bisa lebih akrab dengan kepala sekolah karena bisa bertanya secara langsung di forum yang rutin diselenggarakan sekolah.
Duka
- Sering menerima aduan, sewaktu-waktu
- Salah mengambil keputusan, salah sendiri
- Rajin rapat, rajin meluangkan waktu untuk sosialisasi program sekolah, sementara abaikan kepentingan pribadi.
Yang
namanya dijapri karena berbagai masalah tentang anak dan sekolah itu sering
sekali saya alami. Kadang saya diamkan karena saya tidak tahu mau menjawab apa.
Kadang saya balas karena saya yakin saya sudah tahu jawabannya. Atau saya minta
untuk segera japri wali kelas saja. Karena masalah ini lebih baik ditangani wali kelas, yang lebih paham kondisi anak-anak di sekolah.
Nah, jika tiba-tiba ditelpon dan tidak tahu
apa-apa itu bikin pusing. Pintar-pintarnya kita mencari alasan. Syukur kalau
benar. Kalau tidak wassalam....
Dari
sini saya belajar menghadapi aneka watak manusia. Kadang terselamatkan karena
ada teman yang menjawab aduan mereka. Kadang saya merasa tidak perlu meladeni. Intinya
jangan bikin hidup yang rumit ini menjadi makin rumit dengan memendam rasa “tak
suka”.
Kalau
diprotes wali murid sepertinya sudah biasa. Kadang keputusan yang saya ambil
berdasarkan suara terbanyak. Kadang tidak bisa memenuhi harapan segelintir wali
murid. Bahkan kadang bertentangan dengan keinginan mereka.
Mau
bagaimana lagi, sudah menjadi tugas saya untuk membuat keputusan terkait
program sekolah yang dilimpahkan kepada wali murid. Ya, namanya keputusan
tersebut pada dasarnya tidak bisa secara keseluruhan menyenangkan semua pihak. Disitulah,
kesabaran koordinator diuji!
Contoh
kasusnya adalah pawai Muharram baru-baru ini. Pihak sekolah mengatakan bahwa
pawai tersebut akan dinilai. Masalah kostum dan aksesoris diserahkan kepada
wali murid – koordinator kelas. Jadi, yang membuat keputusan mau menyewa baju
atau beli sendiri adalah saya. Tentu setelah berunding dengan wali kelas dan
pengurus-pengurus lainnya. Namun yang bertanggung jawab penuh adalah saya! Yes,
i am!
Selama
seminggu kepala saya berdenyut karena pusing memikirkan berbagai hal. Diprotes sana-sini,
mencari ide dan hunting baju yang tak kunjung berhasil. Rasanya ingin segera
naik ke kelas lanjutnya, biar segera selesai tugas saya.
Meskipun
saya bertanggung jawab terhadap semua keputusan dan kegiatan yang
mengatasnamakan wali murid, namun saya sedikit bisa bernafas lega. Beberapa wali
murid yang menyadari pentingnya kerjasama bersedia membantu. Bukan sekedar
membantu loh, bahkan beberapa pekerjaan ditangani secara langsung sampai beres.
Mereka
inilah yang mengerti keadaan saya. Membantu tanpa diminta, tanpa pamrih, tapi
koar-koar. Bahkan ikut diprotes wali murid lain. ikut berdiskusi dengan wali
kelas, dsb. Sehingga saya memiliki waktu
istirahat dan cukup memantau perkembangan kegiatan mereka. Rasanya berterima kasih
saja tak cukup. Semoga Allah limpahkan keberkahan kepada mereka.
Mengapa
tidak ada yang mau menyalonkan diri menjadi ketua paguyuban?
Pertanyaan
seperti ini selalu terngiang-ngiang di telinga saya. Mengapa tidak ada yang bersedia? Tidak
ada yang mampukah? Tidak ada yang merasa tergerak hatinya?
Entahlah, selama ini saya belum pernah mendengar atau mengetahui ada wali murid yang menyalonkan diri dengan penuh rasa percaya diri. Tidak ada! Orang akan berpikir minimal dua kali lipat. Buat apa menghabiskan waktu untuk urusan yang tidak ada duitnya? Tidak ada manfaatnya terhadap materi? Justru pusing memikirkan nasib kegiatan, dan menjadi sasaran empuk wali murid yang tidak puas dengan hasil kerja pengurus paguyuban.
Menjadi
koordinator paguyuban memang tak ada yang membiayai, tidak ada yang menggaji. Semuanya
bergerak dengan ikhlas demi kemajuan anak-anak dan sekolah. Semuanya atas
kesadaran sendiri. Bahkan ada yang rela merogok kocek untuk menyukseskan
program tersebut.
Harapan
saya terhadap jabatan koordinator kelas ini sederhana saja. “Hargai!” Saya tak
meminta imbalan ataupun pujian. Hanya memohon untuk diharga semua usaha yang
dilakukan. Mau mengkritik ya monggo. Namanya manusia tak luput dari salah. Tapi
usaha tetap nomor satu. Kalaupun masih ada yang rewel saya minta untuk menggantikan
saya saja. Bagaimana?
* Cerita berdasarkan pengalaman pribadi penulis, yang mungkin tiap sekolah memiliki aturan berbeda tentang paguyuban wali murid.
^_^
saya kira wali kelas sudah bisa mewakili semua ya hihiih ternyata dibutuhkan perwakilan dari wali murid juga.
BalasHapusIya. Biar wali murid punya peran juga.
HapusSemangat terus ya mbak, walaupun ga digaji, insya allah pahalanya dpt
BalasHapusAda social cost yang harus dikorbankan juga nggak sih Mbak? Meski imbalannya gak berupa materi, semoga kebaikannya bisa balik lagi dalam bentuk apapun :D
BalasHapusacipah.com
Makasih.
HapusDulu sewaktu masih sekolah saya gak tahu apa ada semacam koordinator wali murid seperti ini. Sebenarnya tujuan adanya paguyuban wali murid sih bagus ya. Jadi bisa ikut memantau dan kontribusi dalam menentukan kegiatan-kegiatan anak di sekolahnya.
BalasHapusSemoga tetap semangat dan Allah mudahkan segala usaha serta niat baiknya ya mbak.
Aamiin. Makasih.
HapusAssalamu'alaikum bu. Maaf ijin bertanya. Koordinator kelas itu di singkat korlas bukan ya? Krn korlas di tmpt anak sy sklh sepertinya hanya untuk urusan keinginan 1-2 pihak saja. Sy rasa bukan ke arah membantu pendidikan. Dibuktikan dengan tugas2, info rapat, info lainya perihal pendidikan sklh tetap wali kelas yg infokan. Sy jd bingung buat apa di buat korlas. Mohon maaf sebelumnya. Terimakasih
BalasHapus