Suka Duka Menjadi Koordinator Paguyuban Wali Murid


keluhan


Assalamualaikum,

Dari anak pertama saya pernah menjabat (MENJABAT?) sebagai ketua koordinator paguyuban wali murid di kelasnya. Lanjut anak kedua di sekolah dasar yang sama, sepertinya saya belum pernah menjabat pengurus apapun. lanjut lagi anak ketiga di sekolah dasar yang sama. Saya beberapa kali menjadi bendahara dan tahun ini menjadi ketua.  Heran juga, mengapa ibu-ibu wali murid dan wali kelas suka memilih saya? Mbok ya, yang lain biar tidak membosankan gitu!

Pada saat pemilihan pengurus paguyuban orang tua siswa di kelas si bungsu, saya sudah menolak. Saya jelas-jelas memiliki banyak kekurangan. Secara fisik saat ini sangat jauh berbeda dengan tahun lalu. Ada masalah kesehatan yang  cukup menggangggu sehingga membuat saya tidak bisa bebas beraktivitas. Padahal, kalau sudah bersedia menjadi pengurus harus siap dengan segala resiko seperti undangan rapat, mengurus kegiatan anak-anak yang diserahkan kepada wali murid. Bahkan untuk urusan silaturahmi ke wali murid dan guru dengan berbagai tujuan, membuat pengurus harus siaga.

Baca juga Paguyuban Wali Murid....

Apa tidak ada orang lain yang bisa menjadi pengurus, sampai saya yang mengemukakan berbagai alasan ditolak, dirayu untuk bersedia. Jengkel sih, iya. Karena saya sudah berkali-kali menjadi pengurus. Padahal jumlah siswa juga bertambah, artinya jumlah wali murid demikian. Artinya lagi banyak kandidat. Tapi mbuhlah...akhirnya saya menyerah dengan syarat, saya bersedia kalau ibu-ibu wali murid bersedia membantu dan bekerjasama.

Semua yang hadir di kelas mengatakan setuju. Bersedia kompak dan sebagainya. Bagaimana kenyataannya? Nanti saya ceritakan...

Tugas koordinator paguyuban wali murid

Secara umum tugas koordinator paguyuban wali murid sebagai penyambung lidah guru (sekolah) dan wali murid. Jika dari pihak sekolah ada kegiatan, info maka sebagai koordinator/pengurus harus bisa menyampaikan dengan baik kepada wali murid lainnya. Meski apapun infonya ada pengumuman resmi dari sekolah. Yang terpenting adalah menjaga nama baik sekolah. Jangan sampai kalau ada yang ngomong di belakang, justru saya ikut. Sebaliknya, para pengurus harus bisa menyampaikan kepada sekolah, mencari jalan temu dan sama-sama menguntungkan.

Pada dasarnya tugasnya seperti ini:

  • Siap mengambil keputusan beserta tanggung jawab dan resikonya
  • Menjalin hubungan baik dengan pihak sekolah dan wali murid
  • Siap menyukseskan program-program sekolah

Suka duka menjadi koordinator paguyuban wali murid

paguyuban wali murid


Suka

  • Rasanya seperti orang penting karena sering dicari wali murid dan wali kelas. Kadang guru-guru lain juga mencari keberadaan keoordinator kelas karena ada masalah yang perlu diselesaikan. (Kalau seperti ini seperti diuber-uber oleh kepentingan mereka)

  • Lebih awal mendapat informasi dari sekolah. Informasi penting (bahkan yang masih wacanapun) biasanya langsung dibagikan di grup koordinator.

  • Mengenal kepala sekolah hingga guru-guru di sekolah. Biasanya cukup mengenal kalau bapak A adalah kepala sekolah ketika berpapasan di sekolah dan mendengarkan ceramahnya. Sekarang bisa lebih akrab dengan kepala sekolah karena bisa bertanya secara langsung di forum yang rutin diselenggarakan sekolah.

Duka

  • Sering menerima aduan, sewaktu-waktu
  • Salah mengambil keputusan, salah sendiri
  • Rajin rapat, rajin meluangkan waktu untuk sosialisasi program sekolah, sementara abaikan kepentingan pribadi.

Yang namanya dijapri karena berbagai masalah tentang anak dan sekolah itu sering sekali saya alami. Kadang saya diamkan karena saya tidak tahu mau menjawab apa. Kadang saya balas karena saya yakin saya sudah tahu jawabannya. Atau saya minta untuk segera japri wali kelas saja. Karena masalah ini lebih baik ditangani wali kelas, yang lebih paham kondisi anak-anak di sekolah. 

Nah, jika tiba-tiba ditelpon dan tidak tahu apa-apa itu bikin pusing. Pintar-pintarnya kita mencari alasan. Syukur kalau benar. Kalau tidak wassalam....

Dari sini saya belajar menghadapi aneka watak manusia. Kadang terselamatkan karena ada teman yang menjawab aduan mereka. Kadang saya merasa tidak perlu meladeni. Intinya jangan bikin hidup yang rumit ini menjadi makin rumit dengan memendam rasa “tak suka”.

Kalau diprotes wali murid sepertinya sudah biasa. Kadang keputusan yang saya ambil berdasarkan suara terbanyak. Kadang tidak bisa memenuhi harapan segelintir wali murid. Bahkan kadang bertentangan dengan keinginan mereka.

Mau bagaimana lagi, sudah menjadi tugas saya untuk membuat keputusan terkait program sekolah yang dilimpahkan kepada wali murid. Ya, namanya keputusan tersebut pada dasarnya tidak bisa secara keseluruhan menyenangkan semua pihak. Disitulah, kesabaran koordinator diuji!

Contoh kasusnya adalah pawai Muharram baru-baru ini. Pihak sekolah mengatakan bahwa pawai tersebut akan dinilai. Masalah kostum dan aksesoris diserahkan kepada wali murid – koordinator kelas. Jadi, yang membuat keputusan mau menyewa baju atau beli sendiri adalah saya. Tentu setelah berunding dengan wali kelas dan pengurus-pengurus lainnya. Namun yang bertanggung jawab penuh adalah saya! Yes, i am!

Selama seminggu kepala saya berdenyut karena pusing memikirkan berbagai hal. Diprotes sana-sini, mencari ide dan hunting baju yang tak kunjung berhasil. Rasanya ingin segera naik ke kelas lanjutnya, biar segera selesai tugas saya.

Meskipun saya bertanggung jawab terhadap semua keputusan dan kegiatan yang mengatasnamakan wali murid, namun saya sedikit bisa bernafas lega. Beberapa wali murid yang menyadari pentingnya kerjasama bersedia membantu. Bukan sekedar membantu loh, bahkan beberapa pekerjaan ditangani secara langsung sampai beres.

Mereka inilah yang mengerti keadaan saya. Membantu tanpa diminta, tanpa pamrih, tapi koar-koar. Bahkan ikut diprotes wali murid lain. ikut berdiskusi dengan wali kelas, dsb.  Sehingga saya memiliki waktu istirahat dan cukup memantau perkembangan kegiatan mereka. Rasanya berterima kasih saja tak cukup. Semoga Allah limpahkan keberkahan kepada mereka.

Mengapa tidak ada yang mau menyalonkan diri menjadi ketua paguyuban?

Pertanyaan seperti ini selalu terngiang-ngiang di telinga saya. Mengapa tidak ada yang bersedia? Tidak ada yang mampukah? Tidak ada yang merasa tergerak hatinya?

Entahlah, selama ini saya belum pernah mendengar atau mengetahui ada wali murid yang menyalonkan diri dengan penuh rasa percaya diri. Tidak ada! Orang akan berpikir minimal dua kali lipat. Buat apa menghabiskan waktu untuk urusan yang tidak ada duitnya? Tidak ada manfaatnya terhadap materi? Justru pusing memikirkan nasib kegiatan, dan menjadi sasaran empuk wali murid yang tidak puas dengan hasil kerja pengurus paguyuban.

Menjadi koordinator paguyuban memang tak ada yang membiayai, tidak ada yang menggaji. Semuanya bergerak dengan ikhlas demi kemajuan anak-anak dan sekolah. Semuanya atas kesadaran sendiri. Bahkan ada yang rela merogok kocek untuk menyukseskan program tersebut.

Harapan saya terhadap jabatan koordinator kelas ini sederhana saja. “Hargai!” Saya tak meminta imbalan ataupun pujian. Hanya memohon untuk diharga semua usaha yang dilakukan. Mau mengkritik ya monggo. Namanya manusia tak luput dari salah. Tapi usaha tetap nomor satu. Kalaupun masih ada yang rewel saya minta untuk menggantikan saya saja. Bagaimana? 

* Cerita berdasarkan pengalaman pribadi penulis, yang mungkin tiap sekolah memiliki aturan berbeda tentang paguyuban wali murid.

^_^


Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

7 Komentar untuk "Suka Duka Menjadi Koordinator Paguyuban Wali Murid"

  1. saya kira wali kelas sudah bisa mewakili semua ya hihiih ternyata dibutuhkan perwakilan dari wali murid juga.

    BalasHapus
  2. Semangat terus ya mbak, walaupun ga digaji, insya allah pahalanya dpt

    BalasHapus
  3. Ada social cost yang harus dikorbankan juga nggak sih Mbak? Meski imbalannya gak berupa materi, semoga kebaikannya bisa balik lagi dalam bentuk apapun :D

    acipah.com

    BalasHapus
  4. Dulu sewaktu masih sekolah saya gak tahu apa ada semacam koordinator wali murid seperti ini. Sebenarnya tujuan adanya paguyuban wali murid sih bagus ya. Jadi bisa ikut memantau dan kontribusi dalam menentukan kegiatan-kegiatan anak di sekolahnya.

    Semoga tetap semangat dan Allah mudahkan segala usaha serta niat baiknya ya mbak.

    BalasHapus
Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel